Hari ini aku bangun dengan penuh semangat. Mungkin karena tidurku cukup yang membuatku begitu bersemangat pagi ini. Ayam berkokok bersahut-sahutan pagi ini, tanda matahari akan segera hadir menyinari bumi. Setelah membereskan tempat tidur, kuambil handuk dan segera menuju kamar mandi. Kata ayah mandi pagi itu baik untuk kesehatan. Setelah mandi aku langsung berwudhu untuk melaksanakan sholat fajar dan subuh. Sebelum sholat subuh, aku melaksanakan sholat fajar terlebih dahulu, mama bilang, apabila kita melaksanakan sholat fajar, lebih baik dari dunia dan seisinya. Azan subuh berkumandang, aku segera melaksanakan sholat subuh dengan khusyuk. Zikir kuucapkan setelah sholat, merenungi betapa sayangnya dan baiknya Allah kepada hamba-Nya. Setelah zikir, Kupanjatkan doa agar aktivitasku berjalan lancar hari ini.
Hari sudah menunjukkan pukul 06.30, aku bersiap berangkat sekolah karena hari ini upacara di mulai pukul 07.00.
“Yah, cepet Victor hai ini upacara, takut terlambat nanti kena hukum keliling lapangan,” teriakku kepada ayah yang masih di dalam kamar.
“Iya, tunggu sebentar lagi ayah keluar,” sahut ayah dari kamar.
Sepuluh menit kemudian, ayah keluar dari kamar.
“Kamu nunggu diluar, Ayah mau ngambil sepatu dulu,” ucap ayah di depan pintu.
“Iya Yah,” jawabku.
Ayah pun sudah selesai memakai sepatu dan helm, ayah dan aku pun menaiki motor. Ayah yang mengendarainya.
“Waktunya berangkat,” ayah penuh semangat.
Di sepanjang perjalanan, kupandangi sisi kanan dan kiri jalan, dan langit yang begitu cerah menerpa pohon-pohon di sisi kanan dan kiri jalan. Jarak antara rumah dan sekolahku tidaklah jauh, hanya sepuluh menit perjalanan, kau bersekolah di salah satu SMK yang terfavorit di kota ini.
***
“Yang masih di kelas, mohon berkumpul di lapangan sekarang, karena sebetar lagi upacara di mulai,” terdengar suara kepala sekolah menggunakan mikrofon.
Aku segera berlari karena pagar mau ditutup dan aku bisa mengikuti upacara. Alhamdulillah, aku bisa ikut upacara. Kulihat lapangan sudah ramai petugas dan peserta upacara sudah berada di posisi masing-masing dengan tertib. Aku berbaris di belakang, biasanya aku berbaris di depan, karena aku terlambat jadi aku berbaris di belakang. Upacara pagi ini berjalan dengan khidmat dan tertib, walaupun ada yang keluar dari barisan karena sakit sehingga tidak kuat untuk mengikuti upacara upacara sampai akhir. Biasanya, Meraka di bawa oleh anggota PMR yang bertugas di belakang. Padahal sebelum upacara dimulai guru selalu mengatakan dengan menggunakan mikrofon bahwa bagi yang merasa sakit, harap segera ke UKS agar tidak mengganggu berjalannya upacara.
***
Upacara pun selesai, kami masuk ke kelas masing-masing. Jam pertama belajar Bahasa Indonesia, Bu Margaretha yang mengajarkan mata pelajaran tersebut, Bahasa Indonesia adalah pelajaran favoritku, karena aku suka sekali mengarang dan membuat puisi. Aku bercita-cita ingin menjadi penulis novel religi. Selain bisa menuangkan ide dan berekspresi, aku bis menambahkan nilai-nilai Islam di dalam novelku.
“Selamat pagi,” sapa Bu Margaretha kepada kami.
“Pagi Bu,” jawab kami kompak.
“Baiklah, sebelum memulai pembelajaran kita pagi ini, marilah kita berdoa terlebih dahulu, Kania, pimpin doa.”
“Siap gerak. Sebelum memulai pembelajaran kita pagi ini, ada baiknya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa dimulai,” Kania memimpin doa.
“Berdoa selesai. Beri salam.”
“Selamat pagi Bu,”
“Pagi semua, hari ini materi pembelajaran kita tentang menulis karangan bebas,” tulis Bu Margaretha di papan tulis.
“Jadi, materi yang kita bahas adalah menulis karangan berdasarkan pengalaman hidup. Sebelum membuat karangan, langkah apa yang harus kita buat terlebih dahulu,” Tanya Bu Margaretha kepada kami semua sambil menatap kami satu per satu.
Aku pun tunjuk tangan
“Menentukan tema, Bu,” jawabku yakin.
“Ya, benar sekali Victor, langkah paling awal yang harus kita tentukan sebelum membuat karangan adalah menentukan tema atau topik karangan yang akan kita buat, misalnya tentang kebersihan, pengalaman masa SD, jalan-jalan, dan masih banyak lagi.” Bu Margaretha menulis di papan tulis.
“Langkah kedua, siapa yang tahu tunjuk tangan,” Tanya Bu Margaretha dengan semangat.
Kania pun tunjuk tangan.
“Menentukan judul, Bu,” jawab Kania.
“Ya, betul sekali Kania, judul adalah langkah kedua yang harus kita tentukan, merupakan bagian yang sangat penting, karena judul dapat menarik orang untuk membaca karya kita, buatlah judul yang menarik dan tidak terlalu panjang agar mudah diingat, buat judul yang agak misteri agar biar orang penasaran untuk membaca cerita kita,” terang Bu Margaretha panjang lebar.
“Yang ketiga mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang sebenarnya, paragraf pertama bagian pengenalan, disini kita dapat menulis nama tokoh, tempat atau lokasi terjadinya cerita, dan juga alur singkat cerita yang akan kita tuliskan, paragraf kedua kita buatlah tentang kehidupan awal yang begitu bahagia dan awal konflik yang terjadi diantara tokoh, dan paragraf seterusnya puncak terjadinya konflik dan akhir dari konflik, dan paragraf terakhir adalah karakter protagonis hidup bahagia dan bisa ditambahkan pesan moral dari karangan.” Begitu panjang dan detailnya Bu Margaretha menjelaskan sampai kami mengantuk.
“Sampai disini paham, apakah ada yang ingin kalian tanyakan,” tanya Bu Margaretha.
Sontak kami terkejut karena Bu Margaretha telah selesai menjelaskan, kami semua tidak begitu memperhatikan Bu Margaretha karena kami mengantuk.
“Tidak Bu.” Kami semua begitu bersemangat menjawab karena jam Bu Margaretha telah selesai.
“Baik kalau tidak ada yang mau ditanyakan lagi, ibu .aku memberikan PR kepada kalian, buatlah satu karangan bernuansa religi.” Bu Margaretha memberikan tugas.
“Baik Bu,” jawab kami
***
Jam kedua adalah Pak Alvin . Beliau merupakan guru Agama Islam yang masih muda dan baru wisuda tahun ini. Perawakannya tubuh yang tinggi semampai, badan kekar mungkin rutin olahraga, dan wajahnya yang mirip artis Korea dengan mata sipit dengan sorot tajam, bibir tipis merah merona, dan hidung yang bentuknya l sempurna membuat beliau digandrungi oleh para cewek di sekolah ini. Beliau sangat ditunggu-tunggu cewek dikelas kami.
“Sekarang jam Pak Alvin kan?” Tanya Renata dengan wajah sumringah.
“Iya, pasti kamu udah nunggu ya,” jawabku dengan sedikit tertawa.
“Iya dong, soalnya kalau bapak itu yang menjelaskan cepat paham, udah gitu tutur katanya halus dan gak pernah marah,” jawab Renata dengan serius.
“Katanya cepet paham, tapi kok gak pernah tuntas nilai ulangannya,” timpal Kania yang duduk di sampingku melirik mataku.
“Ih apaan sih Kania, nilai aku tinggi terus ya,” jawab Renata dengan wajah memerah menahan malu.
“Assalamualaikum,” Pak Alvin mengucapkan salam di depan pintu.
Kamipun langsung kembali ke tempat duduk masing-masing.
“Wa’alaikumsalam Pak,” jawab kami serentak.
“Baiklah kita masuk pada materi pembelajaran kita hari ini yaitu cantiknya gak hilang kok karena berjilbab, justru bertambah karena telah melaksanakan perintah Allah,” ucap Pak Alvin sambil menatap para perempuan di kelas.
“Jadi, perintah berjilbab ini ada dalam surah Al-Ahzab ayat 59 yang artinya “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Pak Alvin membaca kutipan terjemahan ayat Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59 dengan tegas dan lantang.
“Perintah berjilbab ini hukumnya wajib, bagi yang sudah baligh yaitu sudah mengalami haid, tidak ada tawaran seperti jual beli di pasar ya,” jelas Pak Alvin dengan senyum di akhir kalimat sambil melirik ke sebelah kanan.
Kami pun ketawa terlebih lagi perempuan, Pak Alvin memang guru yang humoris, dia tidak pernah lupa memasukkan sedikit lawakan dalam menjelaskan pelajaran.
“Setiap perintah yang Allah berikan kepada kita pasti ada hikmah, mungkin sebagian dari perempuan yang di kelas ini bertanya kenapa sih Allah menyuruh wanita untuk berjilbab, jilbab kan menghalangi ruang gerak wanita, dan banyak sekali wanita ketika disuruh berjilbab mengatakan “hatiku belum bersih dan sifatku masih belum baik untuk berjilbab. Ingat, jilbab tidak menghalangi ruang gerak kalian, dengan berjilbab orang akan menghargai kedudukan dan kehormatanmu, dan berjilbab itu kewajiban, bukan pilihan, mungkin sifat kalian masih buruk dengan menggunakan jilbab sifat buruk itu bisa hilang karena kalian malu sendiri dengan jilbab yang kalian kenakan.”
“Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah Saw bersabda :“Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, ‘wahai asma, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini’, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya.” (HR. Abu Daud).
“Adapun hikmah di balik perintah berjilbab adalah dengan jilbab wanita akan terlihat lebih terhormat dan ini adalah bukti bahwa Allah begitu memuliakan wanita, dan jilbab dapat menghindari wanita dari dosa jariyah, yaitu dosa yang terus mengalir sampai kita mati,” jelas Pak Alvin panjang lebar dengan begitu semangat.
Tak terasa jam Pak Alvin sudah habis, Pak Alvin kemudian mempersilakan kami bertanya, karena kami tidak ada yang bertanya, Pak Alvin menutup pembelajaran hari ini.
“Baiklah jika tidak ada yang ditanya, saya akhir wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” pamit Pak Alvin meninggalkan kelas.
“Wa’alaikumsalam pak,” jawab kami
Ditulis oleh:
Dixy Nugroho Mukti / Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Yasni Bungo