Cerita ini terjadi pada tahun 1982 di pelosok desa yang jauh dari keramaian kota, terlihat kiri dan kanan desa ini hanya tumpukan hutan belantara yang rindang di tambah lagi akses ke-kota yang begitu sulit di jangkau, sebagian dari mereka membutuhkan waktu berminggu bahkan berbulan-bulan menuju pusat kota.
Di sebuah rumah di pinggir sungai tampaklah kesibukan beberapa orang yang Mondar-mandir di Rumah tersebut, wajah mereka terlihat cemas.“Bagaimana, apakah Sudah lahir?” seorang wanita tua yang baru datang coba bertanya “Belum”tukas seorang pria yang terlihat Tampan dan Rapi yang dari tadi cemas menunggu di depan kamar sang Istri.
Rupanya pada hari itu mereka semua menunggu kelahiran seorang anak yang memiliki Impian yang begitu Besar begitu juga dengan lika-liku kehidupan nya yang begitu getir dan Pahit ketika dewasa.Sayup-sayup terdenger Rengekan dari kamar sang istri, usai sudah perjuangan sang Ibu yang berjuang melahirkan Anaknya. Perlahan Ayah si bayi Ini masuk dan mengumandangkan Azan di telinga Anak Bungsunya sesuai Dengan Syari’at Agama Islam.
Dari luar kamar rasa gembira menyelimuti semua anggota keluarga tidak terkecuali seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang sudah lama mendambakan seorang adik. Setelah di azanin dan dibaluti dengan kain, anak tersebut di gendong Oleh sang ayah yang memakai baju koko serta kopiah hitam,” Alhamdulillah,karena kau lahir di saat harapan keluarga mulai menipis,kau Ku beri nama Haikal AL-Fian Ayah harap Engkau akan jadi anak yang soleh, dan dapat membantu keluarga mu kelak”. Anak tersebut di beri nama Haikal Al-Fian oleh ayah nya, Haikal Artinya “Kerangka”, sedangkan Al-Fian Artinya “Ribuan”, Saleh berharap Haikal Alfian bisa Jadi Perancang Ribuan Kebahagian untuk keluarganya.
Sebulan kemudian….
Siang itu Hari Kamis……
Tolong…..Tolong….Tolong…
Teriakan tersebut terdengar di Hulu sungai di Desa tersebut.Wanita separuh baya dengan wajah cemas berlarian meminta pertolongan kepada masyarakat,Semua Masyarakat berkerumun ingin mengetahui Ada apa dengan wanita tersebut,.
”Ada masalah apa Meli..? tanya seorang laki-laki yang nampak berwibawa. ternyata laki-laki itu adalah kepala Desa.
” Maryam ibu nya Haikal Al-Fian Hanyut di bawak arus sungai” Isak Meli sambil menyeka buliran air mata nya. Mendengar berita Itu semua Orang Histeris dan berlarian kepinggir Sungai mencari Maryam ibunda Haikal yang di kabarkan Hanyut di bawa Arus Sungai.
Di tempat lain……
Ibnu, Ayah nya Haikal Saat kejadian Itu, Berada di Desa Sebelah, Menjajakan Dagangan Nya, Ayah Haikal berfropesi sebagi Pembuat Kopiah dan baju koko Yang di jahit dengan Mesin Manual dan di jual di pasar Setiap Hari Kamis,. Saleh belum Mengetahui kalau Istrinya Hanyut dibawa Arus Sungai Batang Randai. Saleh Singgah di sebuah Rumah menawarkan dagangan nya kepada seoarang laki-laki paruh baya.
” Mau beli kopiah pak.?” Tawar Saleh kepada Laki-Laki tersebut. Ditengah menawarkan dagangannya sayup-sayup terdengar suara memanggil namanya.
“Ibnu, Ibnu” terlihat seorang pemuda menghampirinya.
“ada apa?” tanya Ibnu
“Maryam Istrimu hanyut dibawak Sungai”
Mendengar berita yang dilontarkan pemuda tersebut, Sekujur tubuh Ibnu lemas dan terlihat wajahnya sangat cemas,tanpa menghiraukan pemuda tersebut serta daganganNya,Ibnu berlari menyusuri jalan setapak yang berbatu dan kiri kanan ditumbuhi pohon karet, dengan sekencang-kencang nya Ibnu berlari ke Desa nya untuk ikut Mencari Istrinya yang hanyut dibawa arus Sungai.
Semua warga sibuk mencari Maryam yang hanyut,akhirnya menjelang senja datang Jasad Maryampun ditemukan di sela bongkahan batu yang sangat besar. Dengan terisak isak Ibnu suaminya memeluk Isterinya yang terbujur kaku tanpa nyawa, sedangkan tiga orang anaknya yang masih kecil belum mengetahuai ibunya telah tiada. TAMAT
Penulis adalah Dosen di Institut Agama Islam Yasni Bungo