Puasa menurut agama adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya mulai dari terbitnya fajar shodiq (masuknya waktu shubuh) hingga terbenamnya matahari (masuknya waktu maghrib). Dalam Bahasa Arab disebut صوم, صيام yang berarti puasa. Menurut jumhur ulama puasa berarti menahan diri dari makan dan minum dimulai dari waktu imsak sampai tergelincirnya matahari.
Puasa adalah ritual ibadah umat Islam dunia yang dipilih oleh Allah Swt. Pensyariatan puasa ada sejak masa sebelum umat Nabi Muhammad Saw yaitu bangsa-bangsa Mesir Kuno, Romawi, Yunani dan China serta bangsa-bangsa lain telah mempraktikkan puasa dalam kehidupan sehari-hari untuk beberapa alasan. Bangsa-bangsa Yunani telah mengenal puasa dari Mesir Kuno. Mereka terbiasa melakukan ritual puasa untuk sebuah peperangan. Demikian juga bangsa Romawi, tak mau kalah dengan Yunani. Mereka meyakini bahwa berpuasa menjadikan mereka menang dan pemberani, juga melatih kesabaran serta ketabahan yang menjadi prasyarat memenangkan peperangan. Sementara itu, orang-orang China juga melakukan ritual puasa. Begitu juga Agama Hindu dan Budha yang meyakini kehebatan puasa selama berabad-abad. Agama Yahudi juga melaksanakan puasa selama masa kesedihan dan ratapan serta ketika menghadapi bahaya. Selain itu, mereka juga melaksanakan puasa satu hari pertobatan saat Tuhan mereka marah.
Beberapa Nabi dan hamba pilihan Allah Swt juga melaksanakan puasa. Nabi Musa as melakukan puasa selama 40 hari di bukit Sina. Nabi Isa as juga melaksanakan puasa sebagaimana Nabi Musa as. Nabi Daud as bahkan memiliki puasa istimewa, yaitu sehari puasa dan sehari tidak yang dilakukannya secara kontinu. Al-Alusi dalam Ruhul Ma’ani mengatakan bahwa puasa pertama di dunia adalah puasa yang dilakukan oleh Nabi Adam as. As-Sudais mengatakan bahwa dulu orang-orang Nasrani mempunyai syariat berpuasa pada bulan Ramadhan, tetapi karena mereka merasa berat (karena terik panas), mereka menggantinya antara waktu musim dingin dan musim panas serta menambah beberapa hari dengan rincian masing-masing sepuluh hari sebelum dan sesudah bulan yang disepakati oleh ulama mereka. Bisa dikatakan bahwa mereka berpuasa selam lima puluh hari. Hal ini senada juga diyakini oleh Ibnu Jarir dalam tafsir Ath-Thabari. Sebelum ada kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan, Rasulullah Saw dan para sahabat juga melaksanakan ibadah puasa selama tiga hari dalam satu bulan. Mereka melaksanakan puasa ketika mereka baru tiba di Madinah, bahkan mereka juga berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram) sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum Yahudi di Madinah waktu itu. Untuk membedakan puasa kaum Yahudi, Rasulullah Saw mensyariatkan puasa sunnah tangal 9 dan 10 Muharram.
Islam datang memberi nuansa baru dalam memaknai puasa. Puasa dalam Islam adalah suatu kemuliaan dan memiliki derajat yang tinggi. Sementara itu, pengamalnya diantarkan kepada derajat takwa. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Alquran Surah Al-Baqarah:183 dan Sabda Nabi Saw;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. 2:183).
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله ﷺ: بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ.
“Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Islam dibangun di atas 5 syahadat Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji, puasa ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Telah diketahui bahwa syariat puasa memang sudah menjadi syariat bagi setiap umat manusia sejak masa lalu. Di antara sekian banyak syariat, hanya ibadah puasa yang merupakan ibadah kontemplatif. Sebagaimana dalam sebuah hadits qudsy, Allah Swt berfirman;
.بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي
Artinya: “Seluruh amal ibadah anak-anak Adam untuk mereka sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya, ibadah puasa itu untuk-Ku. Dan Aku yang akan memberikan imbalannya.” (Shahïh al-Bukhâri: 1904).
Imam Al-Qurtubi (627-671H) menegaskan dalam tafsirnya bahwa puasa merupakan komunikasi rahasia antara hamba dan Tuhannya. Tidaklah mengherankan dan sangat bisa diterima jika Shuhuf Nabi Ibrahim as, Taurat untuk Nabi Musa as, Injil untuk Nabi Isa as serta Alquran pun turun pertamakali pada bulan Ramadhan, bulan saat para Nabi banyak melakukan kontemplasi.
Islam membawa syariat yang menghantarkan umat manusia kepada takwa. Ibadah puasa merupakan cara terbaik yang dipilih oleh Allah Swt untuk membersihkan diri dan mengangkat derajat manusia, sehingga amalan puasa hanya mampu dilakukan oleh hambanya yang beriman. Maka, beruntunglah bagi mereka yang mampu melaksanakan ibadah puasa. Ibdah yang amat dicintai oleh Allah Swt dan Rasul Saw.
Penulis Adalah Dosen STIE Syari’ah Al-Mujaddid, Kabupaten Tanjung Jabung Timur