Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membentuk karakter pada anak. Ada beberapa jenis pendidikan yang di dapatkan oleh anak dalam perkembangannya. Salah satunya yaitu pendidikan di dalam keluarga yang secara langsung di dapatkan dari orang tua. Pendidikan dalam keluarga atau dalam ilmu psikologi disebut pola asuh yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku anak ketika berada di lingkungan sekolah, pesantren dan lembaga pendidikan lainya.
Seperti yang di ungkapkan oleh Juwariyah, bahwa pendidikan sekolah pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pendidikan orang tua atau keluarga. Oleh sebab itu orang tua atau keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling mendasar dan pertama pada anak-anak. Oleh karena itu maka diperlukannya suatu pola asuh yang tepat supaya anak dapat berkembang dengan baik.
Menurut Eva Latifah bahwa secara bahasa pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Pola yaitu suatu bentuk, keteraturan dari suatu hal, sedangkan asuh berarti suatu sikap mendidik. Maka dari itu pola asuh adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terpadu dalam jangka waktu yang lama oleh orang tua terhadap anaknya dengan tujuan untuk membimbing, membina dan melindungi anak.
Maksud dari pola asuh yang dilakukan secara terpadu adalah pola asuh yang dikerjakan secara bersama-sama oleh kedua orang tua, tidak ada perbedaan sikap antara ayah dan ibu. Terlebih untuk usia sekolah menengah dimana pada masa-masa remaja yang banyak perhatian. Maka sebagai orang tua hendaklah memberikan bimbingan serta binaan atau pola asuh yang tepat karena siswa pada masa ini sangat membutuhkan motivasi dalam belajar.
Menurut Hamzah B. Uno bahwa: motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkahlaku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari peraktek dan penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu dapat tercapai. Anak yang memiliki motivasi belajar akan dapat meluangkan waktu belajar lebih banyak dan lebih tekun dari mereka yang kurang memiliki atau bahkan tidak memiliki motivasi belajar sama sekali. Setelah anak
mendapatkan motivasi dalam belajarnya secara tidak langsung akan berdampak baik pada prestasinya, tetapi kenyataannya banyak yang motivasi dalam belajarnya menurun, sehingga hal tersebut juga dapat mempengaruhi pada prestasi belajar anak.
Berdasarkan pada pengamatan yang telah dilakukan saat PPL di Madrasah Tsanawiyah menunjukan bahwa sebagian siswa MTs Al huda Dendang tersebut memiliki motivasi belajar yang kurang. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran berlangsung sebagian siswa kurang menunjukan minatnya dalam proses pembelajaran siswa lebih senang mengganggu temannya dari pada memperhatikan pembelajaran. Saat diberi tugas siswa juga tidak segera mengerjakan tugas yang diberikan.
Berdasarkan dengan pengamatan yang telah dilakukan saat PPL di Madrasah Sunan Pandanaran yang mana merupakan sebuah kelembagan berbasis Pondok pesantren. Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan dengan tradisi yang dulunya selalu bernafaskan sufistik dan ‘ubudiyah sedikit demi sedikit telah berubah, walaupun hal tersebut di atas masih menjadi poros dan menjadi ruh dari setiap kegiatan pesantren. Kegiatan pembelajaran yang terjadi di pesantren tidaklah sekedar pemindahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan tertentu, tetapi yang terpenting adalah penanaman dan pembentukan nilai-nilai tertentu kepada santri, yang mana dalam prosesnya berbeda dengan lembaga Sekolah pada umumnya yaitu peserta didik diharuskan berasrama pada sebuah lembaga Pesantren.
Dari beberapa yang pernah penulis temui dan wawancarai bahwasannya latar belakang Santri (Siswa) masuk Pondok Pesantren itu berbeda-beda dan alasan yang berbeda setidaknya ada dua faktor yang menjadikan santri masuk Pondok Pesantren yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah seseorang yang masuk pondok pesantren karena kemauannya sendiri, dan sebaliknya pengaruh eksternal adalah seseorang yang masuk pondok pesantren karena bukan atas dasar kemauannya (kemauan yang tidak datang dari kepribadiannya sendiri). Dengan adanya dua faktor itu maka dampak yang terjadi di lapangan adalah banyak dari santri-santri/siswa yang melanggar aturan dan tatatertib pesantren maupun madrasah/sekolah. dari jumlah santri/siswa yang melanggar aturan dan tatatertib tersebut rata-rata karena faktor paksaan atau tidak atas kemauannya sendiri (santri). Penulis mengetahuinya lewat diskusi terhadap beberapa kepengurusan pesantren. Dari diskusi tersebut beberapa pengurus tersebut sedikit memaparkan kemungkinan-kemungkinan orang tua dari para santrinya dipaksa untuk masuk kepesantren yaitu tidak adanya waktu untuk mengurus anak karena urusan pekerjaan si orang tua, kewalahannya si orang tua terhadap nakalnya si anak, latar belakang orang tua yang begitu kental dengan pindidikan di pesantren ( lulusan pesantren ) dan religius
Penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis menggunakan formula regresi linier sederhana dan mendapatkan F hitung sebesar 5,942 dengan tingkat signifikansi 0,018 lebih kecil dari 0,05. Dari hasil uji diketahui besar pengaruh pola asuh orang tua sebesar 9,3%, hal ini menunjukkan masih ada sebesar 90,7% pengaruh variabel lain yang belum diteliti dalam terjadi di kelas MTs Al huda Dendang Semangat masih kurang maksimal, sebagian orang tua sibuk dengan pekerjaannya dan kurangnya pendampingan anak dalam belajar atau mengerjakan PR dirumah. Sehingga motivasi anak untuk belajarpun masih rendah.78. Menurut Sugihartono dkk, pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Masing-masing pola asuh orang tua yang ada, akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Orang tua merupakan lingkungan terdekat yang selu mengitari anak sekaligus menjadi figur dan idola mereka. Model perilaku orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan dipelajari dan ditiru oleh anak. Anak meniru bagaimana orang tua bersikap, bertutur kata, mengekspresikan harapan, tuntutan dan kritikan satu sama lain, menanggapi, dan memecahkan masalah, serta mengungkapkan perasaan dan emosinya.
Merujuk pada pembahasan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa “pola asuh orang tua (X) berpengaruh positif terhadap motivasi belajar (Y) dengan total pengaruh sebesar 9,3%. Pengaruh ini bermakna semakin besar pengaruh pola asuh orang tua maka akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar. Mengingat masih adanya pengaruh lain sebesar 90,7% yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, misalnya seperti cita-cita dan aspirasi anak didik. Cita-cita dapat memperkuat motivasi anak didik untuk belajar. Misalnya, anak didik bercita-cita yang mereka inginkan.
Kemampuan anak didik Kemampuan harus selalu diikuti dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Misalnya, seorang yang ingin sekali menjuarai lomba lari, tetapi ia lemah dalam berlari. Ia akan melakukan latihan secara rutin dan teratur dibawah asuhan pelatih yang professional sampai akhirnya ia mencapai apa yang diinginkannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhdap motivasi belajar dengan besar kecilnya pola asuh orang tua memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar pada anak.Setelah dilakukan pembahasan dan pengolahan data pada penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Motivasi Belajar pada siswa MTS Al huda Dendang Rantau Indah sebesar 9,3% dan sisanya 90,7% dipengaruhi oleh faktor lain yaitu faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari aspek fisiologis (Kondisi umum jasmani) dan aspek psikologis yang terdiri dari, tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, dan minat siswa. Kemudian untuk faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikatakan bahwa “pola asuh orang tua (X) berpengaruh positif terhadap motivasi belajar (Y).
Bagi siswa MTS Al huda Dendang Rantau Indah Peneliti mengharapkan siswa/i MTS Al huda Dendang Rantau Indah dan mampu membuka diri kepada orang tua mau mendengarkan nasehat orang tua. Kepada Orang Tua Diharapkan kepada orang tua untuk memberikan pola asuhan yang lebih baik lagi dan mau terbuka kepada anak. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar dan juga untuk melakukan observasi lanjut setelah diberikan kuisioner.
Referensi.
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pedagogia, 2012), hlm. 240-241.
B. Hamzah Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2007),
Penulis:
Sayida Khoiratun Nisak, M.Pd
Sayidakhoiratunnisak@gmail.om