Nelayan Kelurahan Mendahara Ilir dan Potensi Daerah di Era Global

Wisata
Oleh: Wandi

Dewasa ini, kita tengah berada pada era perkembangan teknologi informasi. Sumbangsih perkembangan teknologi tersebut telah memberikan efek yang besar untuk perkembangan umat manusia. Sehingga dengan adanya globalisasi bisa saja memudahkan manusia di tengah era yang serba teknologi ini.

Berbanding lurus dengan hal tersebut, Era digital juga terlahir dengan kemunculan, jaringan internet khususnya informasi komputer. Media baru era digital memiliki karakteristik dapat dimanfaatkan  bersifat jaringan atau internet. Media massa beralih ke media baru atau internet karena pergeseran budaya dalam sebuah penyampaian informasi.

Kemampuan media era digital ini lebih memudahkan masyarakat dalam menerima informasi lebih cepat. Media baru juga memiliki karakteristik yaitu: digital, interaktif, hipertekstual, virtual, jaringan, dan simulasi (Martin Lister dkk, 2009: 13-14).

Derasnya arus perkembangan teknologi tersebut bisa saja ikut menghantam budaya-budaya kearifan lokal jika tidak di hadapi dengan bijak. Harusnya era globalisasi dan perkembangan teknologi tersebut dapat dijadikan moment untuk menggandeng promosi-promosi budaya kearifan lokal di media baru era digital. Seperti halnya potensi-potensi budaya kelurahan Mendahara Ilir dibawah ini.

Mendahara Ilir merupakan suatu daerah kelurahan yang terletak dalam Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Pemukiman penduduk Kelurahan Mendahara Ilir disinyalir mulai ditempati sekitar tahun 1950, suku penduduknya juga beragam dari suku melayu timur, bugis, jawa, banjar menduduki kawasan ini. (Anonim)

Ragam spekulasi tentang siapa pertama kali membuka kampung ini pun bermunculan, namun ada yang beranggapan bahwa yang membuka kampung tersebut adalah Datuk Daroellah berkebangsaan/suku melayu. Sampai disini tentu para pembaca bertanya apa menariknya tulisan ini sehingga bisa dianggap penting dimuat di media massa.

Pertama, daerah ini adalah daerah dataran rendah yang memiliki banyak sungai dan pasang surut. Kedua, banyak memiliki kearifan-kearifan lokal yang harus dilestarikan. Ketiga, mayoritas penduduknya adalah berprofesi nelayan, yang dekat dengan garis kemiskinan, kenakalan remaja dan tingginya rasio anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada umumnya suku melayu yang ada di desa Mendahara Ilir bermukim atau tinggal di pinggiran sungai yang disebut sungai Batanghari yang membelah kelurahan Mendahara Ilir, dan desa Sinar Kalimantan.

Biasanya mereka tinggal di daratan rendah atau rawa di tepi sungai yang mengalir atau biasa disebut pasang surut, mereka memilih hidup di tepian sungai bukan tanpa alasan dikarenakan mata pencaharian mereka rata-rata adalah nelayan disamping itu sungai sudah menjadi sarana transportasi ke laut dan sebagai sumber kehidupan bagi mereka.

Antara nelayan dan kelurahan Mendahara Ilir seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, itu dikarenakan dari segi geografis, wilayah Mendahara Ilir memang berbatasan langsung dengan laut sehingga memang nelayan adalah profesi yang tepat selain berkebun untuk dijadikan sebagai pekerjaan untuk menyambung hidup.

Hidup Mereka Harus Lebih di Perhatikan

Selama ini pemerintah juga sudah membantu untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat nelayan Mendahara Ilir, dengan pemberian pompong gratis, mungkin bantuan alat-alat penangkap hasil laut dan disediakannya beberapa rumah nelayan yang layak huni di sekitar belakang kantor camat hampir berbatasan langsung dengan garis pantai.

Tapi semua itu tentu belum cukup dan positif 100% tepat sasaran buktinya masih ada sebagian dan nelayan kita yang hidup pas-pasan bahkan hampir berada di garis kemiskinan.

Artinya apa? Disini diperlukan kerja sama antara pihak pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Minimal hasil laut yang mereka dapat, bisa untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Dengan menjual hasil tangkap dengan lebih tinggi.

Selain itu mungkin sering kita dengar program dari Kementerian dan Kelautan dan Perikanan. Melalui program pengadaan sarana produk perikanan tangkap, budidaya laut, pengelola produk perikanan, bantuan biaya pendidikan, kesehatan dan bentuk lainnya.

Pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa kebijakan antara lain menertibkan UU No.7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Peternak Garam, Inpres No 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, Program Asuransi Nelayan dan Program Jaring (Jangkau, Sinergi, Guideline) yang dilaksanakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mempermudah kredit bagi nelayan.

Apa yang penulis sampaikan diatas adalah informasi dan angin segar dari pemerintah. Tetapi program tersebut seakan-akan sulit untuk di implementasikan ke masyarakat luas dalam hal ini orang nelayan.

Meminjam bahasa dari Guru Besar Perikanan dan Kelautan di Universitas HKBP Medan Hasan Sitorus, seakan-akan ada gap besar antara kebijakan dari pemerintah pusat dengan implementasi di berbagai daerah terutama menyangkut aspek administrasi dan birokrasi, sehingga menyulitkan bagi nelayan.

Untuk mendapat itu semua tentu perlu usaha dengan mengikuti segala prosedur birokrasi yang disediakan pemerintah dan ini biasanya dianggap rumit oleh orang nelayan misalnya untuk mengurus kredit usaha perikanan, apalagi biasanya mereka terkendala dokumen jaminan dll.

Solusi terbaiknya menurut penulis adalah pertama, segera pangkas dan permudah regulasi-regulasi yang ada terkait kemudahan administrasi dan birokrasi, kedua, berikan pendidikan yang layak untuk anak nelayan khususnya nelayan Mendahara Ilir agar peningkatan pengetahuan mereka lebih luas dan juga pendidikan terkait bagaimana cara-cara modern menangkap ikan, ketiga, awasi segala kebijakan pemerintah terkait nelayan agar selalu tepat sasaran.

Harapan dan Potensi Daerah

Jika berbicara harapan. Tentu harapan penulis sangat besar pada daerah ini apalagi penulis lahir dan besar di daerah tersebut. Seyogianya dengan kekayaan alam yang melimpah, laut yang luas, daratan yang penuh dengan hamparan kelapa harus berbanding lurus dengan peningkatan kualitas taraf hidup masyarakatnya.

Bayangkan saja berapa banyak hasil laut kita yang dijual keluar tiap hari, belum lagi hasil tangkapan yang dijual di pasar tradisional setempat.

Belakangan sejak dimulainya era globalisasi, arus informasi mudah sekali masuk dan ini turut membantu promosi-promosi atas kearifan lokal khususnya daerah Mendahara Ilir. Cara menangkap hasil laut yang masih tradisional juga menjadi unik di mata orang-orang modern yang cendrung memakai alat tangkap yang modern pula.

Sebut saja betongkah, mencari kerang dengan alat selancar yang terbuat dari kayu, menjaring dengan cara-cara tradisional. Itu semua bisa diangkat ke panggung yang lebih tinggi dengan dalih kearifan lokal, anggap saja dari sana kita bisa membantu taraf hidup masyarakat menjadi lebih layak.

Sebenarnya jika sedikit lebih berani bisa saja dibangun tempat-tempat wisata di tepi laut Mendahara Ilir, untuk dapat meningkatkan pengunjung wisata apalagi kini wisata berbasis kearifan lokal sedikit lebih minati untuk para pengunjung melepas penat menghindar dari dunia sofis yang sangat berisik ini.

Penulis Adalah Pendiri Komunitas Menulis Al-Mujaddid

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments