Sore hari yang terik, namun diiringi suara gemuruh yang lantang terdengar di langit seberang, langit tampak menunjukkan kondisi yang tidak stabil, antara panas terik dan hujan seakan berlomba muncul dipermukaan awan.
Dari jendela terlihat ibuku sedang asik bercengkrama dengan tanaman bunga bunga yang begitu menarik perhatian nya, beberapa minggu ini. Delapan hari lamanya aku berada dirumah setelah pengumuman sekolah dan perguruan tinggi diliburkan, dan memilih sistem kuliah online sebagai alternatif belajar ditengah pandemi covid- 19 yang kian memanas.
Ibu sesekali melihat kearahku yang melihat kearahnya namun pikiranku ntah kemana. senang berada dirumah namun otakku terus memaksa untuk berpikir sampai kapan? Sampai kapan akan terus berada dirumah dan menjalani proses belajar tanpa tatap muka, yang menurutku amat pasif untuk dijalankan. Sementara keadaan semakin tidak memungkinkan untuk kembali kuliah pada waktu yang telah di tentukan.
Keadaan desa masih seperti biasanya, masih seperti beberapa waktu lalu setelah kutinggalkan, setiap orang Simpang siur berlalu lalang dengan kepentingan masing-masing. Nampaknya himbauan pemerintah tentang virus corona ditanggapi dengan apatis oleh sebagian besar warga desa. Warga terlalu sibuk untuk bekerja di kebun ketimbang menonton TV ataupun membaca berita disosial media tentang bahayanya virus Corona.
Ibu terlihat masih asik memindahkan bunganya dari polibet ke pot bunga, dari arah kanan jalan terdengar suara sumbang yang menggunakan toa, awalnya kukira itu adalah himbauan untuk menyaksikan pasar malam atau acara besar desa yang akan diadakan, pikir burukku berkeliaran “Masih sempat sempatnya mengadakan acara disaat kondisi seperti ini” ujar ku dalam hati.
Tak berselang lama suara mulai terdengar jelas terlihat mobil carry berwarna hitam dengan orang berseragam putih yang didampingi aparat diatasnya. Menghimbau untuk masyarakat agar tetap berada dirumah dan menjaga kebersihan dilengkapi dengan cara cara agar terhindar virus Corona.
Kulihat raut muka ibu mulai berubah, beberapa orang mulai keluar dari rumah untuk dapat mendengar lebih jelas himbauan tersebut. Suasana hening selama suara himbauan dari mobil yang berjalan itu masih terdengar. Tak lama kemudian beberapa orang tua mulai panik menyadari betapa bahayanya virus yang dianggap enteng, yang mungkin diduga hanya akan membuat filek dan sembuh bila menyeduh teh hangat yang diparutkan jahe. Selama ini mereka hanya mengira virus ini hanya menyerang cina dan beberapa orang kota yang lalu lalang melintasi negara menikmati liburan.
Ibu yang sedang menanam bunga menghentikan aktivitasnya dan langsung memasuki rumah, ibu memanggilku masuk dan segera menyuruh untuk menghubungi kakakku yang berada dipusat kota. Tampaknya ibu begitu kwatir dan cemas akan keadaannya dan untungnya kakakku baik baik saja, itu sedikit membuat ibu merasa lega.
Satu hari paska himbauan itu diserukan, jalan tampak sepi, hanya beberapa orang yang terlihat melintasi jalan dan itu pun dilengkapi masker sebagai tanda peduli untuk memproteksi diri. Dari apa yang kulihat himbauan langsung kepada warga desa yang lebih mustajab didengar dan di patuhi, guna memberi pengertian dan upaya agar sadar pentingnya tetap berada dirumah kecuali keluar untuk hal hal yang penting serta menjaga kebersihan diri maupun lingkungan.
Penulis adalahMahasiswa Institut Agama Islam Yasni Bungo Jambi Indonesia