![](https://kotakopini.com/wp-content/uploads/2019/12/Zainal-768x1024.jpeg)
Semakin kompleksnya tantangan Hidup dan cobaan terhadap keimanan manusia di zaman (era modern) sekarang ini yang begitu dasyat dan beratnya, sehingga mengharuskan kita untuk selalu hati-hati dan waspada.
Sebab implikasi dari maraknya peredaran dan pemakaian media elektronik seperti smartphone dan sejenisnya yang menyuguhkan berbagai pilihan aplikasi seperti facebook, youtube dan sejenisnya yang dapat di searching tontonanya sesuai yg di inginkan (tontonan yang membuat manusia lalai dan terjerumus kearah pandangan maksiat mata) .
Kemungkinan ini berawal dari efek negatif dari globalisasi, sebab era ini sangat mudah menyebarnya trend fashion yang menggila dari pakaian yang tertutup rapat hingga ke pakaian luar biasa modelnya. Hal seperti itu sudah dianggap lumrah dan wajar bahkan dijadikan sebagai gaya hidup yang modis dan kekinian.
Perlu kita pahami secara seksama bahwa Allah menciptakan manusia dalam wujud sebaik-baiknya ciptaan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S. At-Tin: 4). “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” (Q.S. An-Nahl: 78).
Akan Tetapi semua pemberian Allah (indera) itu akan dituntut pertanggung jawabannya sebagaimana firman Allah:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban” (Q.S. Al-Isra: 36).
Maka dari itu untuk Menjadi orang beriman tidaklah mudah sebab ia wajib membuktikan keimanannya memenuhi perintah-perintah Allah SWT baik dengan amalan qalbu, amalan lisan maupun amalan fisik perbuatannya.
Bila tidak demikian maka keimanannya baru sebatas sampai pada pernyataan lisan semata dan belum mampu diwujudkan dalam amal perbuatannya. Diantara perintah Allah SWT bagi orang-orang beriman adalah perintah menundukkan pandangan/ghadul bashar dan kemudian dapat dipertanggungjawabkan kelak.
Secara etimologisnya Ghadul bashar berasal dari bahasa arab yang artinya menahan atau mengurangi atau menunduk. Sedangkan secara istilah adalah : menundukkan atau mengalihkan pandangan dari hal – hal yang tidak baik atau haram.
Perintah Allah SWT dalam menundukan pandangan lebih awal dari pada menjaga kemaluan karena kemaksiatan zina diawali dari pandangan mata. Syaikh Prof.Dr. Yusuf Qordhowi menyatakan dalam kitab halal wal harom fil Islam bahwa menundukan pandangan adalah bila seseorang tidak memandang aurat yang diharamkan, tidak berlama-lama memperhatikan kecantikan dan kegantengan seseorang.
Firman Allah dalam Qs. An-nur;30-31
Artinya : “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakan perhiasannya/auratnya kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Qs.An-nur:30-31)
Sedangkan definisi Pandangan dalam perspektif Qs.An-nur:30-31 menurut penulis adalah panah syetan yang akan membinasakan keimanan seseorang. Pandangan akan membuat lintasan fikiran, fikiran akan menjadi ide kemudian ide akan timbul dorongan yang kuat dan dorongan akan mengarahkan kepada perbuatan tidak baik.
Awalnya berasal dari mata kemudian turun ke hati kemudian berlanjut kepada perbuatan maksiat. Dan hasilnya carut marut kerusakan dalam diri manusianya (dhohir-bathin). Suatu kewajiban dan keharusan untuk melaksanakan Perintah menundukan pandangan bagi laki – laki dan perempuan yang beriman dalam rangka menjaga keimanan dan kemaluan mereka di tengah tengah kemajuan zaman.
Berikut ialah sebuah hadist tentang Arah Pandangan mata yang liar dapat mengarah kepada sarana atau objek menuju yang haram yang di riwayatkan oleh abu dawud, Rasulullah SAW bersabda, Wahai Ali, janganlah pandangan pertama kau ikuti dengan pandangan berikutnya. Untukmu pandangan pertama, tetapi bukan untuk berikutnya. (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al-Hakim sesuai dengan syarat Muslim).
Menurut Al-imam Ibnu Katsir r. a menafsirkan surat An-nur ayat 30 diatas, pandangan mata dapat menyebabkan rusaknya hati, seperti yang disebutukan oleh sebagian salaf pandangan mata merupakan panah beracun yang mengincar hati.
Oleh karena itulah Allah memerintahkan kita untuk menjaga kemaluan sebagaimana ia memerintahkan kita untuk menjaga pandangan yang merupakan pendorong ke arah itu. Allah berfirman, Katakanlah kepada orang laki – laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya , menjaga kemaluan kadangkala maksudnya adalah mencegah diri dari perbuatan zina, seperti yang Allah sebuntukan dalam ayat, Dan orang – orang yang menjaga kemaluannya .(QS.Al -Mu’minun :5).
Dari pembahasan diatas diharapkan dari kita selalu berhati-hati dan tidak terlena pada perubahan zaman terutama dalam hal-hal yang bisa merusak ibadah kita, khususnya pada persoalan-persoalan diatas yang sudah diatur oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Penulis Adalah, Dosen STIE Syari’ah Al-Mujaddid, Tanjung Jabung Timur