Manusia Ideal Perspektif Alquran & Assunnah

Manusia Ideal Perspektif Alquran & Assunnah

Agama
Oleh: Deasy Hardiyana

Berkaitan dengan proses penciptaan manusia dinyatakan bahwa Allah memberikan bimbingannya dalam Alquran terhadap manusia untuk memahami ayat-ayat yang menggambarkan alam semesta dan melukiskan sebuah fenomena-fenomena ilmiah yang terjadi di dalamnya, salah satunya adalah tentang asal mula manusia. Alquran menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda, yaitu Pertama, tahapan primordial di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah (QS. Al-An’am: 2), (QS. Al-Hijr: 26,28,29), (QS. Al-Mu’minuun: 12), (QS. Ar-Ruum: 20), (QS. Ar-Rahman: 4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (QS. Al-Mu’minuun: 12-14). Hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah SWT ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna. memiliki akal untuk berfikir (Al Hayawan Al Nathiq), hati untuk meyakini, menyadari, mencintai dan nafsu untuk memotivasi. Dan manusia memiliki berbagai dimensi dalam sosok manusia;  positif maupun negative serta manusia memiliki potensi tinggi untuk menjadi sebaik-baik makhluk atau seburuk-buruk makhluk.  Jika mampu mengendalikan hawa nafsu  dan mengarahkannya sebagai muttaqin sejati, sama dengan malaikat bahkan lebih mulia. Diperbudak hawa nafsu sama dengan hewan atau lebih hina.

Manusia agar mulia, ia harus dapat mengenal diri untuk mengabdi kepada Al Khalik, berakhlak mulia, kreatif, bermanfaat, bertanggung jawab, menyadari  keterbatasan, membahagiakan orang lain dan mampu beradaptasi untuk keamanan dan keharmonisan kehidupan bersama. Dalam Alquran, ada beberapa redaksi  merujuk  manusia, yaitu  al-ins, al Insan, al basyar, Bani Adam. Kata “Ins” digunakan 18x dalam Alquran  dari kata uns (jinak, harmonis) dan “nasiya”( lupa).  Kata “Al Insan” yaitu manusia dalam keseluruhan porsi totalitasnya, jiwa dan raga, berbeda antara satu dengan lain, fisik, mental, tingkat kecerdasan. Kata “ Al Basyar” dari  kata; basyara yaitu penampakan sesuatu dengan baik dan indah,  basyarah ( kulit), memiliki kulit yang khas. Kata basyar dalam Alquran sebanyak 36 kali (mufrad) dan  1 kali dalam bentuk mutsanna (dua). Kata “Bani Adam” merujuk keseluruhan umat manusia sebagai keturunan Nabi Adam As.

Kedudukan kontradiktif manusia dalam Alquran yaitu manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah (QS. Al-Isra’:70). Manusia diciptakan dalam bentuk terbaik (QS. At-Tiin:4). Manusia adalah makhluk yang lemah (QS. An-Nisaa’:28). Manusia tergesa-gesa (QS. Al-Isra’: 11). Manusia suka membantah (QS. Al-Kahf: 54). Manusia berkeluh kesah (QS. Al-Ma’rij: 19). Manusia serakah (QS. Al-Isra’: 100). Mausia Aniaya dan Bodoh (QS. Al-Ahzab: 72). Manusia tidak berterimakasih (QS. Al-Isra’: 67). Kebanyakan manusia tidak beriman (QS. Ghafar: 61). Manusia tidak mengetahui (QS. Al-A’raf: 187). Manusia tidak pandai bersyukur (QS. Al-Baqarah: 243).

Manusia diciptakan, karena memiliki potensi dan tujuan. Hal ini tertuang dalam Alquran (QS. Al-Baqarah: 31) manusia berpotensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda-benda alam, mampu menyusun konsep, mencipta, mengembangkan dan mengemukakan gagasan serta melaksanakannya. (QS. Al-Anfal: 2) manusia memiliki potensi untuk menempati tempat tertinggi sehingga menjadi makhluk yang paling terpuji ataukah terperosok berada tempat yang terendah sehingga menjadi makhluk yang tercela. (QS. Hud: 61) sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus mampu melaksanakan misinya dalam menciptakan tatanan sosial yang bermoral di atas dunia dan memakmurkan bumi. (QS. Asy-Syams: 7-10) setiap manusia selain dibekali akal juga dibekali hawa nafsu dan manusia mesti mampu mengendalikan hawa nafsu, Akan mendapat keberuntungan orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya dan merugi orang yang tidak dapat mengendalikannya. (QS. Al-Baqarah: 30) Allah mengamanahkan kepada manusia untuk menjadi khalifah di bumi. (QS. Az-Zariyat: 56) manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 201) bahagia dunia akhirat.

Manusia Ideal Perpektif Alquran dan As Sunnah (1)manusia termulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa (QS. Al-Hujurat: 13). (2)manusia terpuji adalah yang paling berakhlak mulia (QS. N وإنك لعلى خلق عظيم (ن:5)  (3)  manusia yang disukai Allah adalah orang orang yang berbuat baik (QS. Ali-Imran: 134). (4)  Manusia yang disukai Allah adalah mereka yang selalu bertaubat dan berupaya untuk mensucikan dirinya (QS. Al-Baqarah:222). (5)  manusia yang disukai Allah adalah orang orang yang sabar, orang yang berlaku adil (QS. Al-Maidah:42). (6)manusia yang disukai Allah adalah mereka yang bertawakkal (QS. Al-Imran: 159).

Contoh dan tauladan manusia terbaik adalah Rasulullah Saw adalah suri tauladan terbaik, Manusia Paripurna. Akhlak Rasulullah Saw adalah Alquran : كان خلقه القران Rasulullah SAW adalah makhluk Allah yang terbaik, paling sempurna فمبلغ العلم أنه بشر  وأنه خير الخلق كلهم (Burdah Imam Al Bushiri). Prof. Dr. Syed Naquib Al Attas menyatakan “ Penyebab belum tampaknya Keberhasilan Pendidikan Islam Yang merata di dunia Islam karena belum maksimalnya upaya Pendidikan Islam untuk memperkenalkan dan menjadikan Rasulullah sebagai Patron Hamba Allah terbaik atau model dalam segala aspek kehidupan”.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Dalam Alquran terdapat dua tahapan proses penciptaan manusia yaitu Pertama, tahapan primordial dan tahapan biologi.
  2. Rasulullah Saw dan Alquran adalah sumber ajaran dan panutan Akhlak al Karimah
  3. Manusia Ideal adalah kesempurnaan manusia  dalam perwujudan keseimbangan dan keselarasan sebagai hamba Allah (Abdullah), Wakil/Pengganti Allah (Khalifatullah) dibumi.
  4. Wujud manusia Ideal yaitu keselarasan menuju tujuan akhir kehidupan yakni menuju kepada Allah, kemampuan dalam menjaga hubungan terbaiknya dengan Al Khalik (Hablun minAllah) dan hubungan yang terbaik dengan sesama manusia (Hablun minannas) dengan menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan dalam segala aspek.
  5. Manusia Ideal mampu menempatkan keseimbangan antara kehidupan duniawi dengan kehidupan ukhrawi dengan tetap berorientasi kepada Akhirat dan Ridho Allah. bertumpu kepada keyakinan dan ketaatan kepada Allah dan memberdayakan potensinya dalam menyikapi sunnatullah menjalankan tugas sebagai Khalifah di bumi.

Penulis Adalah, Dosen STIE Syari’ah Al-Mujaddid, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments