Fenomena Munculnya Kerajaan Fiktif

Fenomena Munculnya Kerajaan Fiktif

Sejarah
Oleh: M. Arif Musthofa

Kehadiran beberapa kerajaan baru di Indonesia cukup menyita perhatian publik, misalnya mulai dari Kerajaan ubur-ubur di serang , Kerajaan tahta suci eden, Sunda Empire dan yang masih hangat diperbincangkan adalah munculnya Keraton Agung Sejagat di Purworejo yang mengklaim sebagai penerus kerajaan majapahit dan Mataram

Hampir sama dengan munculnya Lia Eden (Lia Aminudin) yang mendirikan kerajaan tahta suci eden dan mengaku mendapatkan wahyu dari malaikat Jibril untuk mendakwahkan aliran kepercayaan baru , serta pendiri Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Ahmad Musadeq yang mengaku sebagai nabi. Hal yang membedakan pendiri Keraton Agung Sejagat dengan Lia Eden dan Musadeq adalah Toto Santoso  Hadiningrat (kanjeng sinuhun) sebagai raja dari kerajaan agung sejagat memegang peranan sebagai pemimpin dalam sistem kenegaraan, dan  bukan sebagai pemimpin religius maupun spiritual seperti halnya lia eden dan musadeq.

Dalam ketentuan pasal 18b ayat 2 UUD RI 1945 disebutkan bahwa negara mengakui serta menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, negara juga memberikan ruang bagi eksistensi dan rekognisi kerajaan, keraton dan kesultanan yang ada, tentunya lewat aturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia

Sejauh ini ada tiga organisasi besar dimana sejumlah kerajaan, keraton dan kesultanan terhimpun yaitu : Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSN), Forum Komunikasi dan Informasi Keraton Nusantara (FKIN) dan Asosiasi Kerajaan dan Kesultanan Indonesia (AKKI), namun tidak tertutup kemungkinan akan terbentuk forum lain seiring dengan fenomena terus bertambahnya keraton, kerajaan dan kesultanan baru di Indonesia.

Keberadaan Kerajaan baru tersebut memanfaatkan kondisi di mana terdapat krisis sosial dan spiritualitas dalam masyarakat, seperti harapan yang seharusnya terjadi dan yang seharusnya di dapatkan tidak sesuai dengan realitas yang terjadi. Ditambah lagi masyarakat umum cenderung lebih mudah tertarik dengan iming-iming yang diberikan oleh oknum pendiri kerajaan fiktif.

Pengikut pada keraton agung sejagat di janjikan gaji ratusan dolar dan uang tabungan yang sangat banyak yang disimpan di salah satu bank di swiss, dengan harapan jika di cairkan akan menjadi pintu masuk kemakmuran bagi semua orang. Namun untuk dapat tergabung dalam kerajaan tersebut anggota baru diwajibkan untuk membeli seragam senilai 2 juta rupiah. Bahkan mereka sampai berhutang untuk dapat tergabung dan memiliki seragam tersebut.

Kejadian Munculnya kerajaan baru untuk sebagian kalangan adalah sebagai salah satu manifestasi kekecewaan sebagian masyarakat terhadap apa yang tidak mampu dilakukan pemerintah untuk menciptakan kemakmuran dan ketenteraman bagi rakyatnya, namun tidak menutup kemungkinan faktor lain yang jadi pemicu timbulnya kerajaan baru adalah untuk meraup keuntungan pribadi dari para pengikutnya.

Dewasa ini sebagian masyarakat menganggap hidup di dunia modern makin tidak mudah dan tidak mampu memenuhi ekspektasi mereka, maka mereka mencari alternatif di dalam ketidakpastian hidup dengan pola hidup baru yang mereka anggap lebih mampu memberikan kepastian dan ketenteraman dalam menjalani hidup. Ditambah lagi dengan godaan menaikkan taraf hidup secara instan jika tergabung dalam komunitas tersebut ,dimana masyarakat kita masih mudah di iming-imingi dengan harapan diberikan jaminan kondisi ekonomi pengikutnya akan berubah menjadi lebih baik jika tergabung dalam komunitas tersebut.

Fenomena ini biasanya muncul disaat kondisi dan situasi zaman banyak orang kehilangan kepercayaan dan harapan akan keberlangsungan hidupnya di masa yang akan datang.

Ditambah lagi secara psikologis pengikut diperlakukan seolah olah memiliki derajat dan status sosial yang diperhitungkan dalam komunitas, maka hal tersebut membuat para pengikut merasa di hargai dan merasa mendapatkan pengakuan akan eksistensinya dalam komunitas, yang mungkin saja tidak di dapatkan di dalam kehidupannya diluar komunitas. Bahkan mereka membekali diri dengan silsilah dan narasi untuk membangun pengaruh dan mendapatkan legitimasi atas klaim tersebut.

Cerita yang awalnya hanya hidup dalam ruang lingkup kecil harapan dari oknum pendiri kerajaan fiktif, meluas dengan pengaruh yang dibangun di dalam komunitas kerajaan tersebut sehingga dengan mudah mempengaruhi pengikutnya dengan prestise status sosial dalam kerajaan semu.

Kerajaan baru cenderung masih mudah diterima di masyarakat Indonesia dikarenakan kepercayaan terhadap mitos serta keyakinan spiritual pada konsep ratu adil masih subur dan dipelihara oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari pengikut kerajaan keraton agung sejagat yang mencapai kurang lebih ratusan orang.

Ditegah kondisi ekonomi yang masih rentan untuk dimanfaatkan oknum yang ingin mencari keuntungan, untuk itu diperlukan masyarakat yang lebih rasional dalam menganalisa keadaan, sekaligus perbaikan kondisi ekonomi masyarakat melalui kebijakan pemerintah yang berkesinambungan, serta  mendorong terciptanya masyarakat yang terdidik lewat Pendidikan yang layak dan mudah di akses masyarakat, sehingga masyarakat lebih cermat , makmur, tentram dan tidak mudah tergoda dengan bujuk rayuan.

Penulis Adalah Dosen STIE Syari’ah Al-Mujaddid, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

4.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Heri. N
5 years ago

mantul