Seorang pendidik memiliki tugas dan beban tanggung jawab yang sangat besar. Pendidik bukan hanya seorang guru yang mengajar di dalam kelas dan menjelaskan pelajaran, namun pendidik memiliki cakupan yang amat luas. Pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu membentuk karakter anak dengan baik pula. Tulisan ini menjawab beberapa pertanyaan tentang pendidikan karakter yang ada dilingkungan sekitar. Terutama dalam mengajarkan anak untuk bersikap hormat dan bertanggung jawab. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca terutama para pendidik maupun orang tua.
BAGIAN 1 BIOGRAFI PENULIS (THOMAS LICKONA)
Dr. Thomas Lickona adalah salah seorang pengarang buku “Educating for Character Mendidik untuk Membentuk Karakter”. Ia adalah seorang psikolog perkembangan dan seorang professor pendidikan di State University of New York, Cortalnd dimana ia memperoleh penghargaan atas pekerjaannya di bidang pendidikan guru, dan saat ini ia memimpin Center for the Fourth and Fifth Rs (Respect and Responcibility). Penulis juga kerap menjadi professor tamu di Boston dan Harvard University.
Setelah menjadi presiden di Association for manual education, Ia menjabat sebagai dewan komisaris di character education partership dan sebagai dewan penasehat character counts coalition and medical instituate for sexual health. Dr. Lickona sering menjadi konsultan di sekolah-sekolah mengenai pendidikan karakter dan menjadi pembicara dari berbagai seminar untuk para guru, orang tua, pendidik agama, dan kelompok yang peduli akan perkembangan moral kaum muda.
Penulis mengajarkan nilai moral baik disekolah maupun di rumah. Lickona memperoleh gelah Ph.D dalam bidang psikologi dari University of New York, Albany dengan risetnya mengenai perkembangan penalaran moral anak-anak. Penulis dianugrahi State University of New York Faculty Exchange Scholar, dan menerima penghargaan alumni kehormatan, Distinguished Alumni Award dari State University of New York di Albany.
Karya-karyanya yang telah dipublikasikan termasuk skripsi, antara lain Moral Development and Behavior pada tahun 1976, buku popular untuk para orang tua Raising Good Children pada tahun 1983, buku tentang penjabaran 12 poin program pendidikan karakter Educating For Character How Schools Can Teach Respect and Responsbility pada tahun 1991, dan banyak buku-buku yang lainya. Buku Educating For Character mendapat pujian sebagai “definitive work dibidangnya” dan menjadi pemenang penghargaan Christopher Award pada tahun 1992 atas dasar “penegasannya terhadap nilai-nilai utama seorang manusia”.
Karya Dr. Lickona juga pernah ditampilkan sebagi cover story di majalah New York Times, “Theacing Johnny to be Good” pada tanggal 30 April 1995 dan dijadikan video “character education: Restoring and Responsibility in our school” dan “eleven principles of effective character education” (Nasional professional Resources), dan seri video pelatihan mengenai pendidikan karakter yang terdiri atas empat bagian (Quality Educational Media, inc) pada tahun 2001, Character Education Partnership mempersembahkan penghargaan Sanford N. Mc Donnell Lifetime Achievement Award di bidang pendidikan karakter kepada Dr. Thomas Lickona.
Selain itu Lickona juga kerap menjadi bintang tamu diberbagai acara bincang (talkshow) di radio maupun televisi, termasuk The Larry King Live, Good Morning America, dan Focus on the Family. Lickona dan istrinya dikaruniai dua orang anak laki-laki serta sebelas cucu, dan saat itu menetap di Coland, New York.
BAGIAN II TENTANG ISI BUKU
Buku yang berjudul “Educating for Character Mendidik untuk Membentuk Karakter” adalah buku yang ditulis oleh Lickona Thomas pada tahun 1991 dalam bahasa asing dengan judul aslinya Educating for Character: How our School Can Teach Respect and Responcibility. Tetapi telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia oleh Juma Abdu Wamaungo salah seorang ahli pendidik di Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, dan dengan kata pengantar oleh Rektor UPI Bandung itu sendiri Prof. Dr.H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd pada 2012 diterbitkan oleh Bumi Aksara di Jakarta. Cetakan pertama dengan nomor ISBN 978-602-217-258-1. Buku Educating for Character ini berjumlah 599 halaman.
Buku karya Lickona ini merupakan salah satu referensi bagi perkembangan pendidikan karakter. Oleh karena itu dipandang layaknya untuk diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia untuk memudahkan dalam pemahaman. Buku ini terdiri atas 599 halaman, memiliki tiga bagian pembahasan yang terdiri atas dua puluh bab. Bagian satu membahs tentang mendidik untuk nilai dan pembentukan karakter yang terdiri atas bab satu sampai empat, bagian dua tentang strategi kelas dalam pengajaran tentang rasa hormat dan tanggung jawab yang terdiri dari bab lima sampai lima belas, dan bagian tiga tentang strategi umum sekolah dalam pengajaran tentang rasa hormat dan tanggung jawab terdiri atas bab enam belas sampai dua puluh.
- Pembahasan Bab 1 tentang wacana dalam pendidikan nilai. Pembahasan ini menjelaskan tentang beberapa alasan mengapa sekolah seharusnya memberikan arahan yang jelas dan menyeluruh tentang komitmen pendidikan moral dan pengembangan karekter diantaranya sebagai berikut:
- Adanya kebutuhan yang begitu jelas dan mendesak. Proses penghubungan nilai dan sosialisasi. Suatu masyarakat membutuhkan pendidikan nilai baik untuk sikap penyelamatan maupun perbaikan untu tetap bersatu dan untuk maju bersama dalam menyesuaikan dan mendukung kehidupan manusia sebagai bagian dari masyarakat tersebut.
- Peranan sekolah sebagai tempat pendidikan moral menjadi sangat penting ketika jutaan anak-anak hanya mendapatkan sedikit pendidikan moral dari orang tua mereka ketika makna nilai yang snagat berpengaruh yang didapatkan melalui tempat ibadah lainnya perlahan tidak berarti dan menghilang dari kehidupan mereka, dan lain sebgaainya.
- Pembahasan Bab 2 tentang mendidik untuk membentuk krakter dan mengapa sekolah membutuhkan dukugan dari lingkungan rumah. Dalam menghadapi kehidupan sosial yang semakin memburuk ini, tentunya seolah-olah menyadari bahwa mereka harus mencoba melakukan suatu proses memberikan pendidikan tentang nilai. Dalam pelaksanaannya, sekolah-sekolah harus melihat dua hal utama yakni harapan bahwa tujuan mereka dapat terlaksana dengan baik dan rasa percaya bahwa mereka tidaklah sendiri dalam pelaksanaan upaya tersebut.
- Pembahasan Bab 3 tentang nilai-nilai seperti apakah yang seharusnya diajarkan disekolah. Sekolah berharap untuk bisa melakukan pendidikan moral, dan harus merasa percaya diri bahwa:
- Nilai-nilai yang seharusnya dapat diajarkan disekolah memiliki tujuan yang bermanfaat secara umum dapat diterima oleh masyarakat yang beragam.
- Sekolah seharusnya tidak hanya mengekspos nilai-nilai tersebut kepada para siswa, tetapi juga harus mampu membimbing mereka untuk dapat mengerti, meresapi dan melakukan nilai-nilai yang berlaku.
- Nilai yang harus diterapkan disekolah adalah dua nilai yang bersifat moral (yang menjadi tuntutan seperti jujur, disiplin, dan lain-lain) maupun nonmoral (kewajiban yang berlaku pada agama seperti ibadah).
- Pembahasan Bab 4 tentang apa yang dimaksud dengan karakter yang baik. Karakter memiliki tiga bagian yang berhubungan yakni: pegetahuan moral, perasaan moral, dan prilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal-hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik, kebiasaan cara berfikir, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan dalam tindakan.
- Pembahasan Bab 6 tentang menciptakan komunitas yang bermoral di kelas. Syarat menciptakan sebuah komunitas yang bermoral di kelas diantaranya: para siswa saling mengenal satu sama lain, para siswa saling menghormati, menguatkan, dan peduli satu sama lain, para siswa menjadi bagian dan tanggung jawab terhadap kelompok mereka.
- Pembahasan Bab 7 tentang disiplin moral. Guru yang melakukan latihan disiplin moral harus melakukan empat hal diantaranya: merencanakan kebijakan rasa moralitas mereka dengan mengajarkan rasa hormat dan tanggung jawab, pendekatan disiplin melalui peraturan-peraturan, membangun dan menjalankan konsekuensi di jalur pendidikan, menyampaikan rasa peduli dan hormat bagi setiap individu siswa.
- Pembahasan Bab 8 tentang menciptakan lingkungan kelas yang demokratis bentuk pertemuan kelas. Pertemuan kelas yaitu sebuah pertemuan keseluruhan kelas yang menitik beratkan diskusi interaktif diantara anggota kelas yang dipimpin oleh seorang guru, seorang siswa atau kerja sama antara guru dan siswa.
- Pembahasan Bab 9 tentang mengajarkan nilai melalui kurikulum. Strategi mengajarkan nilai moral melalui kurikulum adalah: libatkan siswa dalam proyek yang mengembangkan kepedulian, jari anak-anak untuk menghargai dan bertanggung jawab terhadap binatang, analisis setiap mata pelajaran, identifikasi target nilai moral sekolah secara luas, temukan dan kembangkan materi, rancang metodologi yang efektif, kembangkan sebuah tema etika, undang tamu pembicara untuk menekankan moral tertentu, adakan pendidikan multikultural, ambil manfaat dari kurikulum berbasis nilai moral yang sudah di publikasikan.
- Pembahasan Bab 10 tentang pembelajaran kooperatif. Proses belajar kooperatif adalah salah satu gerakan yang berkembang pesat di dunia pendidikan. Proses belajar kooperatif diantaranya: partner belajar, pengaturan tempat duduk berkelompok, proses belajar tim, proses belajar jigsaw (puzzle), ujian berkelompok, proyek kelompok kecil, kompetisi tim, proyek satu kelas.
- Pembahasan Bab 11 tentang kesadaran nurani. Guru dapat membantu siswa belajar menghargai belajar dan peduli akan kualitas kerja jika: menyusun tujuan sekolah yang besinggung sikap dalam bekerja, menggunakan sistem pembelajaran kooperatif, menciptakan budaya sekolah, mengkombinasikan ekspektasi dengan dukungan penuh, mengembangkan kapasitas siswa untuk evaluasi diri, membantu pengembangan kecintaan siswa kan belajar, membangun komunitas belajar.
- Pembahasan Bab 12 tentang mendorong refleksi dalam pendidikan moral. Manusia tidak pernah berhenti berfikir, jadi apa yang dimaksud dengan Refleksi moral merupakan sesuatu yang penting untuk mengembangkan sisi kognitif dari suatu karakter, bagian penting dari moral kita sendiri yang mampu membantu kita untuk membuat penilaian moral tentang sikap kita sendiri.
- Pembahasan Bab 13 tentang meningkatkan tingkat diskusi moral. Diskusi moral merupakan gambaran pemikiran tingkat tinggi yang siswa mampu dapatkan, melalui beberapa petunjuk diantranya: atur konteks yang nonrelativistik untuk diskusi, merencanakan masalah dan pertanyaan spesifik yang menantang pikiran siswa, pilih cerminan/ format diskusi yang membutuhkan pemikiran yang teliti, menantang siswa untuk tetap berfikir, diskusi berlabuh dengan kurikulum berbasis pendekatan.
- Pembahasan Bab 14 tentang mengajarkan masalah kontroversial. Dalam mengembangkan sebuah program nilai menekan pada cara nonkotroversial seperti, model peran, moral pembangunan masyarakat, proyek kurikulum dalam nilai kontroversial seperti peka, jujur, rasa iba dll. Membenarkan penyataan kontroversial sebagai hal penting dalam perkembangan kritis, menegmbangkan format debat untuk membentuk siswa dalam investigasi dan diskusi mengenai isu kontroversial.
- Pembahasan Bab 15 tentang mengajar anak-anak untuk menyelesaikan konflik. Tugas guru dalam menyelesaikan konflik nyata diantranya: membantu siswa memahami sudut pandang orang lain, membantu siswa mencari solusi bijak, membantu siswa mempraktikkan ketrampilan pribadi yang akan membantu mereka menyelesaiakan masalah tanpa campur tangan orang dewasa.
- Pembahasan Bab 16 tentang kepedulian di luar kelas. Membuat siswa sadar tentang kebutuhan, menyediakan role model yang menginspirasi, seperti program giraffee project heroes, yang berkaitan dengan membantu orang lain dikomunitasnya sendiri, menyediakan role model teman sebaya yang positif
- Pembahasan Bab 17 tentang membangun budaya moral yang positif di sekolah. Upaya yang dilakukan sekolah adalah: kepala sekolah menyediakan kepemimpinan moral dan akademik, sekolah menciptakan disiplin yang efektif, sekolah menciptaan kepekaan terhadap masyarakat, sekolah dapat menciptkan moral komunitas antar orang dewasa, sekolah dapat meningkatkan pentingnya kepedulian terhadap moral.
- Pembahasan Bab 18 tentang pendidikan seks. Tantangan yang ada dihadapan sekolah sekarang adalah membantu para anak muda dalam mengambil keputusan untuk tidak terlibat secara seksual dengan segala cara yang mungkin dilakukan.
- Pembahasan Bab 19 tentang narkoba dan alkohol. Narkoba dapat menghalangi, memperlambat, dan mengubah kapasitas manusia yang paling kursial: persepsi, perencanaan, kondisi fisik, dan penilaian moral. Narkoba mengacaukan informasi yang berkaitan dengan panca indra, mengurangi kendali diri, dan memberikan pemahaman yang salah pada penggunanya bahwa mereka berada pada keadaan yang terbaik ketika mereka menggunakan narkoba, suatu ilusi yang dapat mengarahkan mereka untuk menghancurkan diri mereka dan orang lain.
- Pembahasan Bab 20 tentang sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bekerja sama. Orang tua adalah penting bagi anak-anak, kebijakan pemerintah mengikuti model sekolah pada abad 21 untuk memberikan penitipan anak baik sebelum maupun sesudah sekolah, mengendalikan pengaruh negatif televisi, keterlibatan orang tua dalam mendukung kedisiplinan, membantu orang tua membahas urusan-urusan umum, berkomunikasi dengan orang tua melalui sebuah brosur tentang nilai sekolah dan lain sebagainya.
Selengkapnya Klik disini