Saat suamiku meninggal dunia, aku merasa akulah wanita yang paling malang di dunia. Saat acara penghiburan dari keluarga besar arisan Marubun tanggal 18 Januari lalu, aku sempat berpikir betapa malangnya nasibku dan kedua anakku yang masih kecil-kecil tapi sudah ditinggalkan oleh papanya.
Pada waktu keluarga bergiliran memberikan kata-kata penghiburan, tak henti-hentinya air mataku mengalir. Aku sangat terpukul dengan kepergian bapak Janice.
Saat itu ada satu keluarga muda yang juga datang dan memberikan kata penghiburan. “Kami turut berduka sedalam-dalamnya atas kepergian abang, kakak harus kuat demi anak-anak. Abang sudah tenang di surga, kami tahu semuanya ini berat untuk Kakak tapi Tuhan punya rencana yang indah untuk keluarga Kakak,” ucapan Papa Vincent. Dan kurang lebih begitu juga yang diucapkan oleh Mama Vincent.
Sejak mereka datang ke rumah, aku selalu memperhatikan Vincent dan mamanya, kalau enggak salah papanya datang belakangan.
Dalam hatiku, “ Bahagia banget Mama Vincent ini, sekarang dia sudah punya Vincent yang ganteng dan lucu. Suami istri mereka sehat-sehat. Mereka selalu bisa pergi dan menghabiskan waktu bersama. Seandainya suamiku sehat dan masih hidup pasti kami juga akan selalu ke mana-mana bersama.”
Aku tahu mereka juga hampir sama dengan kami, lama menunggu baru dapat momongan. Mereka juga pasangan muda yang aktif di kegiatan gereja dan arisan keluarga. Mereka jarang sekali absen di acara keluarga. Bahkan aku sering melihat kegiatan mereka yang di unggah ke media sosial, Facebook.
Oh Tuhan, aku juga ingin seperti mereka, bisa pergi ke mana-mana dengan suami dan anak-anakku. Itulah yang ada di dalam pikiranku saat itu.
Kemarin pagi, sejak aku tiba di sekolah, Hpku terus berbunyi. Karena masih sibuk, aku abaikan. Aku tahu itu pasti wag keluarga. Setelah beres satu bagian pekerjaanku, aku pun membaca pesan yang ada di wag Marubun karena itu yang paling banyak pesannya.
Bak disambar petir, aku kaget bukan kepalang, dan tanganku menjadi gemetaran. Aku tidak percaya membaca berita bahwa Papa Vincent yang berpostur tinggi besar dan selalu aktif, dikabarkan meninggal dunia. Padahal aku tidak pernah mendengar kabar kalau dia sakit atau dirawat di rumah sakit. Bahkan sehari sebelumnya, aku masih melihat dia melakukan siaran langsung di Facebook saat sedang mengajak Vincent jalan-jalan pagi.
Seketika itu aku menangis bercucuran air mata. Aku selalu merasa nasibku sangat kurang beruntung karena harus kehilangan suami saat aku masih muda dan anak-anak masih umur 4 tahun dan 2 tahun. Tetapi setidaknya aku sudah puas merawat suamiku. Banyak perjuangan yang sudah aku dan keluargaku lakukan demikian kesembuhannya walaupun pada akhirnya takdir berkata lain.
Saat ini, Papa Vincent yang tadinya sehat-sehat, tiba-tiba pergi tanpa ada kesempatan bagi Mama Vincent untuk merawat dan berjuang untuknya. Semua serba tiba-tiba. Dia juga meninggal di usia yang masih mudah, 36 tahun. Kepergiannya meninggal kepiluan yang tak terkira.
Kalau tidak salah pernikahan mereka baru berjalan kurang lebih 5 tahun dan saat ini Vincent masih berusia 6 bulan. Mereka juga sudah berencana membawa Vincent untuk dibaptis bulan depan tapi itu pun tidak bisa ditunggu lagi, dia tiba-tiba pergi.
Aku dengar dari keluarga, kemungkinan dia mengalami serangan jantung. Malamnya dia hanya mengeluh agak mual lalu ijin tidur duluan ke mama Vincent. Di tengah malam dia ngorok tidak biasa. Lalu mama Vincent mau membangunkannya tapi dia sudah tidak sadar dan pergi untuk selamanya.
Semuanya rencana dan impian menjadi hancur berantakan. Ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar dengan tenang tiba-tiba diterjang ombak dahsyat nan hebat. Banyak mimpi-mimpi indah yang ikut karam dan tenggelam.
Oh adikku Nita, mama Vincent, nama kita sama-sama Nita dan nasib kita hampir sama. Menjadi janda di usia muda. Kita bukan wanita hebat, setidaknya kita adalah wanita terhormat. Menjadi janda bukan karena kehendak kita tetapi karena dipisahkan oleh kematian dan maut.
Kita harus berjuang demi anak-anak kita. Biar mereka yang sudah pergi, bahagia bersama Tuhannya. Masa depan anak kita jauh lebih berharga dari pada kita terus terpuruk menangisi mereka.
Anak-anak ini adalah titipan Tuhan. Tuhan akan siapkan berkat bagi mereka untuk meraih masa depan. Aku tidak sanggup menghiburmu di saat aku juga masih merasakan duka yang dalam. Setidaknya, kamu tahu bahwa kamu tidak sendiri. Dan semua ini adalah kehendak Tuhan.
Peluk sayang buat kamu dan Vincent. Dari aku Nita, mama Janice dan Jose.
(Sebelumnya aku minta maaf kepada Nita Sinaga dan keluarga besar tanpa seizin telah membuat tulisan ini)