Desa Sunyi

Desa Sunyi

Cerpen
Oleh:Titin Suarni

Bahagia adalah milik mereka yang mampu menerima diri sendiri dengan rasa syukur, tanpa risau apa yang dipikirkan orang lain tentangnya…

Setiap orang berbeda pandangan dalam menilai orang lain, sebaik apapun ada yang tidak suka dan seburuk apapun masih ada yang mau berdekatan, itu hal yang wajar…

Yang terpenting berbuatlah yang terbaik yang bisa mendatangkan kebaikan untuk diri sendiri maupun orang lain, di dunia dan di akhirat…

Itulah sepenggal bait yang pernah ku tulis untuk menyemangati diri sendiri dikala diri ini merasa lelah, lelah dengan aktivitas dan lelah dengan pertarungan batin…

Berada di lembah bukit kinantan, diantara gugusan bukit barisan yang berjajar rapi di sepanjang garis pulau Sumatera, hamparan sawah, ladang dan kebun-kebun yang menjadi pemandangan ku di masa kecil dari mulai bangun tidur dipagi hari sampai kembali berangkat tidur dimalam hari nya, tidak ada penerangan listrik, tidak ada TV dan Radio apalagi android atau gawai seperti saat ini.

Yang selalu tersaji adalah gemercik air gunung yang mengalir ke lembah-lembah daerah perbukitan, suara aneka burung yang berkicau diantara hembusan angin diantara daun-daun bambu, diselingi bunyi binatang dan serangga-serangga kecil yang membuat suasana semakin syahdu dan kadang ada kesan mencekam bila sudah terdengar suara auman binatang buas ‘Si Raja Hutan, Harimau Sumatera’…

Jika dimasa kecil sudah ada android yang dilengkapi kamera, mungkin memori Hp ku cepat sekali penuh karena sudah banyak foto dan video yang ku simpan di sana namun begitu semua memori masa kecil ku itu masih tersimpan dengan baik di ingatan ku yang sewaktu-waktu dapat muncul kembali apabila aku rindu desa sunyi ku…

Aku yang dilahirkan di sebuah desa sunyi di lembah gugusan bukit barisan lebih tepat nya di Desa Pematang Lingkung, Kerinci Jambi pada tanggal 15 Juli 1977, 42 tahun yang lalu.

Anak ke 5 dari 5 bersaudara, menjadi anak bungsu adalah takdir ku, suka dan duka ku lalui bersama saudara-saudara sekandung ku, diantara 5 bersaudara, aku merupakan anak yg termanja, semua kakak ku selalu menuruti semua keinginan ku, orang tua kami selalu membela aku jika kami sempat bertengkar…

Di desa sunyi, aku semakin merasa sunyi dikala kakak-kakak ku satu persatu mulai menempuh pendidikan yang lebih tinggi di kota kabupaten dan kota provinsi, karena memang di desa kami yang ada hanya sekolah sampai setingkat SLTP.

Masa yang selalu ku tunggu adalah saat liburan tiba. Kami akan berkumpul dan menghabiskan masa liburan bersama-sama meskipun kami tidak berlibur ke mana-mana, masa liburan kami habiskan untuk membantu orang tua kami berkebun di ladang, membantu menyiangi tanaman atau hanya sekedar memanen hasil kebun, orang tua ku berprofesi sebagai petani.

Setelah tamat SLTP, Aku juga ikut melanjutkan pendidikan di jenjang berikut nya sampai selesai perguruan tinggi di kota lain…

Sedari kecil kata ibu ku yang bernama ibu Sumiyati dan ayah yang bernama Bapak Syobirin, bahwa aku anak yang tidak bisa diam, tingkah laku seperti anak laki-laki, karena dalam keseharian aku lebih banyak bermain dengan anak lelaki, sedikit alasan kenapa aku lebih suka bermain dengan anak laki-laki karena anak laki-laki itu tidak cengeng, dan selalu melindungi ku, aku biasa bermain hujan dan berenang di sungai depan rumah yang air nya meluap di musim hujan.

Setelah taman kuliah menikah dan diboyong oleh suami di kota kelahiran nya dan aku kembali meninggalkan desa sunyi ku, disaat-saat tertentu aku sering merindukan desa sunyi ku dengan segala kenangan gang tersimpan di sana…

Aku diberi nama oleh orang tua ku yaitu Titin Suarni, saat ini Aku mengabdi sebagai tenaga pengajar di SMAN4 Metro, Lampung mengajar mata pelajaran Seni Budaya..

Lampung, 10 Januari 2020

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments