Akhir-akhir ini sedang riuh di grup-grup Facebook sebut saja Mendahara Ilir Comunnity tentang postingan jalan-jalan yang rusak, berlobang bahkan dalam postingan itu tidak sedikit mobil yang terpuruk akibat jalan yang jelek dan berkubang.
Jalan yang rusak di Mendahara Ilir sebenarnya bukan masalah baru. Derita ini sudah lama dirasakan warga di Mendahara Ilir, hanya saja masyarakat terlihat bungkam dan bingung mereka mau mengadu ke siapa? Akhirnya keluh kesah yang mereka rasakan, ia tuangkan di media sosial seperti grup-grup Facebook bahkan di beranda pribadi mereka.
Ironi sebenarnya, karena daerah ini bisa dikatakan sangat dekat dengan Kabupaten tetapi kenyataannya jalan ini bisa dikatakan sangat jauh dari kata layak. Penulis tidak bisa membayangkan orang-orang yang tiap hari melintas dengan kondisi jalan berlobang dan hancur seperti itu.
Apa tanggapan mereka, dan bagaimana rasa lelah yang mereka rasakan? Jalan yang bisa dilewati jika pergi ke Kabupaten atau Kota Jambi harusnya bisa lebih cepat, tetapi untuk sekarang memakan waktu yang lama dan tenaga yang melelahkan.
Jalan Sebagai Urat Nadi Perekonomian
Seperti kita ketahui infrastruktur jalan menjadi prioritas utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Bila jalan bagus dan mulus, distribusi barang dan jasa lancar, demikian juga mobilitas tenaga kerja dan masyarakat. Otomatis beban biaya ekonomi dan distribusi lebih hemat dan bisa ditekan, harga jual produksi kompetitif dan durasi distribusi tidak lama.
Efek dari kondisi jalan yang buruk tidak bisa dipandang sepele. Selain memperlambat arus distribusi komoditas pertanian di Kelurahan Mendahara Ilir, seperti kelapa, kelapa sawit, arang dan pisang, juga menganggu komoditas primer atau kebutuhan seperti sembako. Akhirnya menganggu kelancaran dan kenyamanan mobilitas masyakat.
Sudah penulis sebutkan diatas Insfrastruktur jalan memang sebagai urat nadi perekonomian masyarakat khususnya warga Kelurahan Mendahara Ilir, sehingga untuk kelancaran transportasi menjadi bagian paling penting dalam mewujudkan kesejahtraan masyarakat.
Padahal sama-sama kita ketahui jika infrastruktur bagus dan memadai diharapkan akan terjadi kemudahan dan kelancaran mobilitas rakyat dalam bekerja dan berusaha. Selain untuk mempermudah distribusi barang dan jasa, tentu juga akan meningkatkan produktivitas masyarakat demi kesejahtraan mereka.
Dengan melihat kondisi jalan yang ada di Kelurahan Mendahara Ilir patut kiranya kita pertanyakan kinerja para steakholder yang berkepentingan didalamnya, masyarakat tidak butuh pemerintah yang suka cuci tangan, dan saling melempar tanggung jawab?
Saling Lempar Tanggung Jawab?
Berdasarkan berita yang dilansir dari Jamberita.com tanggal 16 Februari 2020. Penulis menemukan berita dengan judul Bupati Kecewa, 80 Persen Jalan Provinsi di Tanjabtim Kondisinya Hancur. Kerusakan jalan milik Provinsi Jambi yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) terbilang cukup banyak dengan kondisi yang sangat parah di beberapa titik. Hal tersebut tentu menjadi keluhan tersendiri bagi masyarakat yang ada di Bumi Sepucuk Nipah Serumpun Nibung, tak terkecuali Pemkab Tanjabtim.
Dalam berita itu juga menerangkan bahwa Bupati saat di konfirmasi terkait hal tersebut mengatakan sangat prihatin melihat kondisi jalan milik Provinsi Jambi yang ada di wilayahnya. Sebab, kondisi jalan tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah dan tak jarang mengakibatkan kemacetan panjang akibat kendaraan roda empat yan terperosok bahkan ada pula yang sampai terbalik saat melintasi jalan Provinsi yang rusak tersebut.
Dilain hal misalnya, pemerintah yang ada di Provinsi Jambi mengatakan bahwa dana untuk membangun infrastruktur itu memang kurang. Dari dua arah pembicaraan tadi apakah bisa dikatakan pemerintah kita hobby cuci tangan, atau saling lempar tanggung jawab?
Sebagai warga, penulis bisa katakan disini. Bahwa harapan itu tetap pada pemerintah, bahkan kepada siapa lagi kita mengadu kalau bukan kepada mereka? Keluh kesah masyarakat atas kondisi jalan yang memang parah bukan hal yang tidak beralasan, tapi memang benar adanya.
Budaya saling lempar tanggung jawab dan cuci tangan harusnya dihilangkan, masyarakat menunggu kebijakan yang pro terhadap masyarakat. Jalan berlobang, hancur dan tidak layak adalah persoalan serius dan harus di selesaikan secepatnya.
Suara rakyat dan keluh kesah mereka di grup-grup Facebook harus di dengar dan dilaksanakan segera oleh pemerintah, bukan malah mengilah dan cuci tangan serta seakan-akan lempar tanggung jawab, Persoalan ini sangat serius karena jalan memang sebagai urat nadi perekonomian khususnya masyarakat desa.
Momentum Baik Untuk Memilih Pemimpin Yang Bukan Modal Janji
Jika tidak ada aral melintang pilkada serentak akan dilaksanakan pada Desember 2020 mendatang. Sempat tertunda karena COVID-19 pelaksanaan pesta demokrasi ini akhirnya terwujud dengan adanya Penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) No 2, Tahun 2020 tentang Pilkada Serentak Desember 2020.
Di Tanjung Jabung Timur misalnya petahana sangat dominan dan terlalu kuat bagi lawannya, hal ini dibuktikan dengan mendaftarnya petahana tersebut melalui jalur independent, entah apa maksud dan tujuannya. Dalam tulisan ini tidak akan dibahas dan lebih menfokuskan pada janji politik yang sudah jadi turun temurun.
Masih ingat dengan tokoh politik legendaris Rusia yang bernama Khrushchev 1894-1971 dia berkata “ di mana-mana politisi itu sama saja, mereka suka berjanji. Berjanji membangun jembatan, meskipun sebenarnya di sana tidak ada sungai “.
Selain itu banyak peribahasa yang menggambarkan Betapa Ironi politik itu sendiri. Misalnya ada pribahasa yang berkata dunia politik tanpa janji, laksana langit tak berbintang. Memang begitu adanya dunia politik identik dengan dunia janji. Politisi yang tak pandai berjanji pada masa ini pasti akan sulit diingat dalam artian memang peran para politisi dibangun di atas dunia janji.
Meskipun pada akhirnya apakah janji itu itu kelak akan dipenuhi atau tidak itu adalah hal lain. Bahkan hingga saat ini penulis belum pernah mendengar ada politisi yang akhirnya dipenjara atau dipidana karena tidak memenuhi janji politiknya pada saat kampanye.
Bukan sepenuhnya salah politisi yang tak menunaikan janji politiknya, tetapi tanyalah pada diri sendiri mengapa mudah sekali percaya dengan dengan janji-janji yang kemudian hari berubah menjadi nya kebohongan?
Bagi penulis, janji politik atas perbaikan jalan yang ada di Mendahara Ilir. Harus segera terealisasi. Untuk rakyat tidak ada kata cuci tangan atau lempar tanggung jawab, tidak peduli itu jalan provinsi atau jalan daerah, apalagi jika memang jalan itu adalah jalan daerah.
Antar sesama pemerintah ada baiknya saling bersinergi membangun dan memperbaiki hak hidup layak terutama jalan yang ada di Mendahara Ilir. Karena pasti kita semua sepakat bahwa infrastruktur jalan adalah urat nadi perekonomian dan sebagai tolak ukur bahwa pemertintah sudah berhasil memimpin atau tidak.
Penulis Adalah, Dosen STIE Syari’ah Al-Mujaddid, Pendiri Komunitas Menulis Al-Mujaddid, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Terimakasih telah mengapload foto saya di situsnya