Cerita Kemarin

Cerita Kemarin

Cerpen
Oleh: Yulyana Eka Sari

Malam ini lagi-lagi ku dibuat diam, oleh kata katanya yang buatku harus menjatuhkan air mata lagi, dengan segala amarah ia pun pergi meninggalkan ku.

Ketika malam membungkusku dalam dingin dan ketegangan, dengan keyakinan ku kuatkan langkah ku untuk beranjak pergi dari segala beban ku, dengan mata sebentar sebentar memandang kiri dan kanan ku coba mencari tumpangan untuk ku dapat meneruskan langkah ku.

Semalaman ku menunggu dalam ruang tanpa suara, ku coba pandangi setiap sudut kamar itu, ingin ku menjerit menyesali kenapa  ku harus berada disini tapi apalah daya ku tak seorang pun mencari ku, dengan segala kesakitan ku coba memahami kenapa tak satu pun mempedulikan ku, sampai pada lelah ku aku pun terlelap.

Dering telpon ku disubuh itu membuat ku harus terbangun, dengan segala harapan yg menelpon ku adalah kakak, ternyata bukan, itu adalah temanku yg mencoba mencari dan menelpon ku berkali kali tapi tak ku tanggapi.

Dengan mata berkaca kaca hatiku mulai memberontak bagaimana bisa kakak tidak mengkhawatirkan ku dan mencariku , sebegitu besarkah kesalahan ku hingga ia benar-benar tidak mempedulikan ku?? Oh Tuhan, ini benar benar tidak adil!

Dua malam ku sendiri , dalam tangis dan harapan akan ada yang menjemputku dan membawa ku pulang , aku hanya ingin memperbaiki kesalahan ku yang membuat kakak benar benar kecewa.

Beriringan dengan suara azan magrib ku dengar pula suara beberapa motor menghampiri rumah itu, ku coba beranjak kedepan memastikan itu benar-benar kakak..

Ya!!benar mereka menjemputku, tapi tak ku temukan kakak disana, dengan kecewa ku coba untuk tetap tersenyum, kemudian terdengar suara dari satu diantara mereka. ” Dek kakak mu hanya ingin kamu pulang, ia pun mengkhawatirkan mu”

Kata ku” tapi kenapa ia tidak mencariku dan menjemputku”

Balasnya” ia punya kesibukan yang tidak bisa ia tinggalkan, tolonglah untuk mengerti, dan ayolah pulang !”

Setiba ku dirumah aku tak menemui kakak ku. Lagi lagi dia tidak dirumah, dan ku pun mulai kesepian.

Dimalam saat aku terlelap, ku mendengar suara pintu terbuka, langkah itu pelan pelan menghampiriku, dengan lembut ia mengecup kening ku, saat ku membuka mata langkah itu pergi dan tidak salah lagi itu kakak.

Setelah malam itu ku fikir kakak sudah melupakan kesalahan ku, tapi ternyata ia benar benar masih menyembunyikan kekesalannya,beberapa hari ku dirumah aku tidak menemukan kakak yang dulu selalu ada buat aku, aku benar benar kehilangannya.

Siang itu tangisku pecah, ku kurung diri dalam kamar berjam jam tapi tak juga ada yang menghampiriku. Ahhkk!! Bodohnya aku semua percuma ia tetap tidak akan mempedulikan ku lagi, untuk memandang ku saja sudah tidak mau apalagi menghampiri dan menanyakan aku kenapa. Iya terlalu sibuk oleh komunitasnya, pekerjaannya, dan teman temannya. Kata-kata itu yang selalu menghantuiku, membuatku kecewa dan membuatku lagi lagi harus menangis.

Aku hanya rindu kakak yang selalu menanyakan kenapa aku ketika ku menangis, memelukku saat aku bersedih, mendengarkan ceritaku, membuatku ketawa dengan segala lelucon konyolnya, mengelitiki ku hingga ku lelah, mengganggu ku saat ku tidur,mengelus kepala dan mengecup kening ku sebelum ia pergi, mengataiku jelek dan memanggilku dengan sebutan kodok.

Bagaimana tidak aku merindukan itu semua, 1 bulan lamanya aku tidak diperlakukan seperti itu, membuat aku harus berada dalam kebingungan dan bertanya tanya dalam diri sendiri kenapa semua berubah, aku salah apa kenapa semua jadi seperti ini.

Hidup dikota membuat ku tidak punya siapa siapa dan hanya kakak yang ku punya, ketika kakak pergi lalu aku dengan siapa? Semua perubahan ini benar benar membuat ku hancur.

Ku akui selain kakak, aku punya teman yang juga mempedulikan aku, dan siap selalu ada buat aku, tapi keadaan ini membuat aku tidak peduli dengan hal itu yang ku butuhkan hanya  kakak.

Hari hari ku memaksaku untuk melupakan semua tapi aku tidak bisa memungkiri kesedihan ku setiap kejadian yang ku lewati membuat ku harus ingat kakak, dan sungguh ku benar benar merindukannya.

Malam kemarin, malam minggu tepatnya! Seperti biasa kami kumpul aku, teman teman ku, kakak dan juga teman temanya, tapi malam itu kakak tidak bersama kami, iya memilih bersama komunitasnya, dan lagi lagi ku merasa kehilangan.

Setelah puas mengelilingi sekitaran kota aku dibawa mereka pada sebuah cafe sederhana tempat tongkrongan mereka biasanya. Sebelumnya aku pernah diajak kakak kesana.

Huhh…!! Andai kakak disini akan ku ceritakan semua kesedihan ku.

Lagu lagu Rege mulai menemani suasana dicafe itu, canda tawa mereka sama sekali tidak mengubah suasana hatiku. Dengan ditemani kopi ku pandangi ponselku, ku buka galeri dan kupandangi sosok lelaki tampan, dan wanita disebelahnya, dengan senyumnya yang penuh kenangan, dan tatapannya yang penuh kasih sayang. Ya..!! Siapalagi jika bukan kakak dan aku.

Cerita dan tawa mereka sama sekali tidak membuat ku tertarik, bahkan berkali kali mereka memanggilku tapi tak ku jawab.

Setelah puas dengan cerita mereka akhirnya kami pergi dari tempat itu. Malam itu benar benar tidak asik, dan sialnya lagi perut ku mulai menunjukkan amarahnya, dengan menahan rasa sakit ku jatuhkan lagi air mata ku, hingga pertanyaan itu muncul “kamu kenapa dek?” Dengan berkali kali iya bertanya ku temukan kekhawatiran diraut wajahnya. Ia adalah sahabat kakak ku, dan sebagian dari mereka juga teman teman kakak.

Rasa sakit itu pun bercampur dan membuat tangis ku pecah, membuatku benar benar hampir tidak bisa bernafas, tanpa basa basi ia pun membawa ku pulang kerumah temannya yang tidak lain adalah keluarga bagi kami.

Ketukan pintu dan teriakkannya membangunkan seisi rumah, terdengar suara dari dalam dan sosok separuh baya pun membuka pintu, Itu adalah ibu dari teman yang kami anggap saudara , walau bukan ibu ku tapi sudah seperti ibu kandung ku.

Dengan cepat ia menyuruh ku masuk, dan membri ku segelas air dan obat.

Ketika keadaan sudah mulai tenang ku coba untuk membaringkan diri dan segera tidur.

Lalu ibu bertanya kepada dia ” yang  lain kemana kenapa tidak pulang??, jawabnya “sebentar lagi bu, aku buru buru membawanya pulang, karena ia menangis”  Dengar ku!

Usaha ku untuk tidur tidak berhasil membawa ku terlelap hingga teman teman yang lain tiba, dan aku masih tetap menutup mataku, yang mereka tau saat itu aku sudah tidur.

Salah satu dari mereka mencoba memastikan aku baik baik saja, dengan tangannya yang lembut pelan pelan mengelus kepala ku. Ia adalah anak dari ibu yang tidak lain adalah kakak angkatku.

Dan satu lagi dari mereka menemani ku tidur malam itu.

Aku tak mengerti kenapa kekhawatiran, kepedulian dan kasih sayang melimpahiku malam itu, membuatku benar benar terharu dan menangis. Hingga subuh tiba mereka masih tetap menemani ku. Saat itu aku benar benar merindukan kakak, menyebut namanya dalam tangis ku, aku fikir dia ada disamping ku saat itu, dan berharap yang mengelusku adalah kakak, ternyata bukan. Kakak belum juga pulang, dan kakak tidak menemui ku.

Saat itu badan ku serasa benar benar panas, aku tak sanggup untuk bangun dan aku terus menangis. Karena tidak tega melihatku mereka mencoba menelpon kakak dan memberi tau bahwa aku sakit, dan aku mencarinya.

Namun hingga siang tiba pun aku tidak melihat kakak ada disana dan menemuiku. Disitu ku mulai merasa tidak dipedulikan lagi oleh kakak, apakah kakak tidak sayang aku lagi? Pertanyaan itu terus terlintas difikiran ku dan membuatku menangis lagi dan lagi.

Tiba tiba ada yang mendekatiku dan mengelus kepala ku dengan kasih sayang, iya mulai bertanya aku kenapa , dan aku masih saja diam. Lalu ia berkata ” taukah kamu bahwa ada yang selalu berkata padaku tolong jaga adikku saat aku pergi dan perhatikan dia, dan kamu tau itu siapa? Itu kakak mu!”

Hari itu semua seisi rumah itu mengkhawatirkan ku dan tak ingin ku menangis, tapi aku tidak bisa tidak menangis karena aku hanya ingin kakak saat itu.

Bergantian mereka menyuruhku makan tapi jawaban ku tetap sama aku menunggu kakak.

Dipenghujung azan magrib kakak pun tiba, aku tak tau kenapa tapi sungguh semua rasa sakit dalam tubuhku rasanya hilang dan aku semangat. Disitu kakak mulai memperhatikan ku lagi, menyuruhku makan ,mengelus kepala ku dan memain-mainkan rambutku sambil bercanda gurau dengan teman temannya.

Itu lah Crisman Natalis iya adalah kakak terbaik didunia, aku tau pertengkaran kami hari itu dan kepergian ku dari rumah adalah satu hal yang membuat ia benar benar kecewa, tapi itu tidak akan pernah mengurangi kasih sayangnya kepada ku, aku baru sadar bahwa waktu dan hidupnya tidak hanya untuk aku dan aku bukanlah anak kecil lagi yang perlu dimanja, dan tak selamanya kakak akan bersama ku, sebab ia akan menikah dan pergi bersama istrinya, demikian pula aku.

Semua ini menjadi pelajaran bahwa hidup itu bukan hanya tentang aku, dikisah kita ada banyak mereka yang melengkapi, baik teman maupun keluarga, kesedihan mu tidak akan lama, sebab itu hanya sebatas cerita kemarin.


Jambi, 13 Januari 2020

Penulis Adalah Mahasiswi STIE Syariah Al-Mujaddid, Anggota Komunitas Menulis Al-Mujaddid.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments