Belajar Jujur, Belajar dari Mati Listrik

Belajar Jujur, Belajar dari Mati Listrik

Agama Opini

Malam ini ketika saya sedang asyik membaca buku karya Prof. M. Quraish Shihab, “Kaidah Tafsir” halaman 401 “Hermeneutika dan Tafsir al-Qur’an”, tiba-tiba “Peet” Listrik padam, dan gelap gulita, anakku Fuad Hilmy Syukri yang baru berusia 6 tahun pun ketakutan, dan berteriak memanggil saya dan ibunya karena gelap gulita, saya pun dengan cepat-cepat mencari Handphone yang letaknya agak jauh dari tempatku untuk memberi penerangan karena Hanphohe saya ada senternya, biasa orang bilang “Hape Senter”.

Setelah itu kamipun berkumpul di kamar dengan penerangan yang ada, yaitu dua buah senter kepala (Headlamp) yang berisi tiga baterai, kami sengaja memilih senter dengan baterai bukan senter dengan cas listrik, jika senter cas agak repot, kadang kita lupa untuk men-cas, dan ketika listrik padam baru ingat jika belum di cas. Sehingga sedikit merepotkan jika kita tidak perhatian betul dengan senter tersebut. Kami pilih senter baterai juga karena lebih irit biaya, cukup membeli bateri jika baterai habis.

Di kamar, saya juga bersama anakku yang kedua, perempuan masih berumur 6 bulan, Syaima Zahidah Syukri namanya, kebetulan ketika listrik padam ada pasien yang datang, sehingga istriku sedang di ruang praktek melayani pasien yang datang untuk suntik KB, sedangkan saya menemani kedua anakku di kamar dalam keadaan listrik padam. Tiba-tiba anakku Hilmy bertanya “Abi, kenapa sich mati lampu terus?”. Sebuah pertanyaan yang saya sendiri bingung untuk menjawabnya, saya hanya diam lalu menjawab sekenanya “Hilmy, listrik padam mungkin ada kabel yang rusak, sabar ya…”.

Atas dasar pertanyaan Hilmy anakku, saya mencoba untuk menjawab pertanyaannya disini, mungkin ini jawaban, mungkin juga kritikan. Sebelumnya perkenalkan Kami tinggal di Desa Sungai Mengkuang Rt. 011, Kampung Benit, Kecamatan Rimbo Tengah, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Saya ingat betul dulu ketika pertama kali listrik masuk pada tahun 1998, waktu itu saya baru masuk Gontor II sebagai santri, ketika itu ayah saya mengirim surat menceritakan berita gembira bahwa listrik telah masuk ke kampung kami, namun saya sangat sedih ketika ayah saya menceritakan bahwa ayam yang saya pelihara sampai berjumlah 100-an ekor telah mati terserang penyakit.

Listrik memang sesuatu yang sangat kami tunggu, karena kebutuhan atas listrik sangat tinggi, namun setelah Sembilan belas tahun menikmati listrik, beberapa tahun terakhir ini di tempat kami sering mengalami pemadaman, kami sendiri sebagai pelanggan tidak tahu penyebab sebenarnya dari seringnya pemadaman listrik, karena tidak pernah ada berita resmi yang sampai kepada kami dari pihak yang berwenang, dalam hal ini PLN menerangkan penyebab pemadaman listrik di tempat kami.

Sebenarnya Mati Listrik, jika kita merujuk kepada wikipedia ada beberapa penyebab, diantaranya dapat berupa kerusakan di Gardu Listrik, kerusakan jaringan kabel atau bagian lain dari sistem distribusi, sebuah sirkuit pendek (korsleting), atau bisa juga kelebihan muatan. Ada juga penyebab lain, seperti kebakaran rumah penduduk, atau bisa juga karena kelakuan warga yang iseng, sehingga menyebabkan listik padam.

Namun, kami sebagai pelanggan tetap tidak tahu pasti penyebab pemadaman listrik di daerah kami, sebenarnya kami sebagai pelanggan hanya ingin tahu apa sebenarnya penyebab Listik Mati?. Sehingga kami tidak Su’udzan (berburuk sangka) dengan petugas PLN yang telah bekerja tanpa lelah siang malam untuk pelanggan, agar pelanggan dapat menikmati listik yang telah dibayar setiap bulannya. Dan saya sendiri dapat menjawab pertanyaan Hilmy “Abi, kenapa sich mati lampu terus?” dengan jujur tanpa sekenanya lagi.

M. Syukri Ismail / Dosen STAI YASNI Muara Bungo-Jambi / Mahasiswa Doktor UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kamis, 28 April 2016/20 Rajab 1437

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments